Kala Emak-emak 'Menjajah' TikTok: Sensasi atau Eksistensi?

Daftar Isi

    Foto: Akun media sosial khususnya TikTok kini tidak hanya dimiliki kaum milenial. Rupanya kalangan ibu alias emak-emak turut terjun 'menjajah' dan mencuri perhatian (AFP/Drew Angerer)

    Lancang Kuning -- Akun media sosial khususnya TikTok kini tidak hanya dimiliki kaum milenial. Rupanya kalangan ibu alias emak-emak turut terjun 'menjajah' dan mencuri perhatian. Anda pasti masih ingat dengan unggahan video TikTok berisi emak-emak yang berjoget di jembatan Suramadu. Ada pula yang memanfaatkan TikTok untuk mencari pasangan buat sang anak.

    Sesuatu yang tak biasa memang mudah viral dan memicu pembicaraan netizen. Rena Masri, psikolog Q Consulting, Pondok Pinang, mengatakan fenomena ini sulit digeneralisasi mengingat tidak semua emak-emak memilih terjun ke TikTok.

    Namun melihat situasi pandemi, tampaknya TikTok memang jadi sesuatu yang baru sekaligus menimbulkan semangat dengan cara menyenangkan untuk banyak orang, termasuk emak-emak

    "Orang jenuh di masa pandemi, rutinitas berbeda jadi banyak adaptasi, harus di rumah saja, biasanya bisa keluar, bertemu teman buat rilis stres, jadi enggak bisa. Orang cari sesuatu yang baru yang bisa bikin semangat, termotivasi, mulai jajal TikTok," kata Rena saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (27/11).

    Media sosial ada banyak tetapi kenapa emak-emak banyak menambatkan diri pada TikTok?

    Menurut Rena, terpilihnya TikTok tentu ada beberapa faktor. Dia menduga ini termasuk kemudahan akses dan penggunaan. Selain itu, ada banyak informasi yang dikemas berbeda dan tampak lebih menyenangkan, seperti misalnya aneka tarian atau aksi lainnya.

    Buat sebagian kaum milenial, media sosial jadi sarana eksistensi diri. Namun buat emak-emak, Rena melihat tujuannya tidak hanya itu. Ada yang menggunakan media sosial untuk 'tampil', ada pula yang berusaha meminimalisir stres, dan mengurangi jenuh.

    "Banyak faktor, enggak cuma pengin eksis. Kita ini tipenya kalau ada sesuatu yang digandrungi, sedang up-to-date, lalu ikut-ikutan tanpa melihat itu cocok apa tidak dengan karakter diri kita," imbuhnya, dilansir LKC dari CNN. 

    Meski demikian, dengan alasan apapun, emak-emak harus pandai memilih dan memilah konten atau aksi positif yang bisa dilakukan. Yang disayangkan adalah ketika mereka melakukan aksi nekat dan membahayakan diri sendiri dan keluarga hanya demi eksistensi semata di media sosial.

    Bijak bermedia sosial

    Penggunaan media sosial jelas membawa dampak tidak hanya penggunaan TikTok tapi juga media sosial lain seperti, Instagram, Facebook, Twitter, WhatsApp. Informasi didapat dengan cepat, pun orang jadi mudah bersosialisasi terlebih di masa pandemi seperti sekarang. Namun, penggunaan media sosial juga bisa membuat emak-emak jadi kerap membandingkan diri dengan orang lain.

    Rena mengingatkan unggahan di media sosial belum tentu menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Anda tentu memilah unggahan, memilih yang paling bagus lalu menggunakan filter agar lebih menarik.

    "Unggahan foto jalan-jalan, padahal itu jalan-jalan yang dulu, sebelum pandemi. Ada unggahan foto bersama pasangan, wuih..dia kayaknya bahagia sama pasangan karena mengunggah foto berdua. padahal belum tentu juga gitu. Akhirnya ini bisa memicu konflik dengan pasangan, kok pasangan enggak bisa gitu," ujarnya.

    Kemudian menemukan unggahan yang menggugah emosi, menimbulkan perasaan tidak nyaman hingga mempengaruhi kesehatan mental. Kadang bukan dihindari malah makin banyak menghabiskan waktu melihat unggahan serupa karena merasa tidak enak dengan orang yang diikuti. Padahal, Anda bebas menggunakan fitur 'Hide' atau 'Unfollow'.

    Sementara itu, alih-alih memakai TikTok atau media sosial lainnya untuk aksi yang ekstrem dan terkadang cenderung berbahaya demi eksistensi diri, dengan terjun ke media sosial, emak-emak bisa memantau anak mereka saat menggunakan media sosial. Orang tua bisa tahu lingkungan pertemanan sang anak. Namun Rena mengingatkan agar orang tua senantiasa menahan diri dan tidak reaktif dengan unggahan anak.

    Jangan sampai, lanjutnya, orang tua malah menjadikan media sosial sebagai lahan menasihati anak hingga anak merasa terganggu. Saat anak terganggu, bisa dibayangkan bakal ada akun kedua, ketiga dan seterusnya. Pun hubungan antara orang tua dan anak malah renggang.

    "Kalau ke anak, kedekatan emosionalnya dapet dulu. Nanti anak mudah mendengarkan dan terbuka. Apapun yang kekinian, (termasuk TikTok), dilihat dulu cocok dengan kita atau tidak dan gunakan media sosial dengan bijak," imbuhnya. (LK)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Kala Emak-emak 'Menjajah' TikTok: Sensasi atau Eksistensi?
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar