Buandam, Tradisi yang di Tinggalkan

Daftar Isi


    Foto: Buandam. (Istimewa)
     

    Lancang Kuning - Buandam merupakan salah satu tradisi adat melayu dalam pernikahan, khususnya didaerah babussalam, rokan hilir.
    Buandam ini dilakukan pada pagi hari sebelum acara malam bainai, atau sehari sebelum akad nikah.

    Buandam dilakukan oleh pihak mempelai wanita, hal ini dikarenakan dari tujuan buandam itu sendiri, yaitu membersihkan rambut-rambut halus diarea wajah, agar mempermudah mengaplikasikan bedak di wajah mempelai wanita, dan juga dipercayai sebagai pembuang sial. 

    Proses buandam ini juga sangat unik, yang mana mempelai wanita disandingkan di pelaminan yang sudah dipasang, berhias diri, berpakaian yang rapi, memasang cincin emas yang diikatkan di anak rambut atau rambut bagian depan muka sebanyak 3, atau 5, atau 7, bilangannya juga harus ganjil, kemudian ketika proses menggunting rambut mempelai wanita menampung cincin dengan sapu tangan. 

    Jika cincin tersebut jatuh diatas sapu tangan dipercayai bahwa wanita tersebut masih suci atau perawan. 
    Proses pengguntingannya juga harus dari istri istri tetua suku atau ninik mamak.

    Akhir dari proses buandam ini mempelai wanita mengunyah sekapur sirih dan kemudian mengoleskan sirih yang sudah dikunyah tersebut di wajah. Proses ini dipercayai untuk memperindah wajah dari si mempelai. 

    Namun tradisi ini sudah lama di tinggalkan karena banyak hal yang harus dipertimbangkan seperti, rambut adalah aurat bagi seorang muslimah yang tidak diperbolehkan untuk diperlihatkan dan masyarakat melayu babussalam rokan. (LK)

     

    Penulis: Mahasiswi UNRI Pekanbaru, Dini Islami dari prodi pendidikan sejarah. 

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Buandam, Tradisi yang di Tinggalkan
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar