Daftar Isi
Lancang Kuning - Sejumlah klaim dari mulut ilmuwan atau peneliti dunia dan Indonesia terkait dengan Covid-19 akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2 terus bermunculan sejak penyakit tersebut muncul di Wuhan, China dan menyebabkan pandemi. Banyak klaim yang bisa diterima hingga menimbulkan polemik di tengah masyarakat.
Terbaru misalnya, Guru Besar Ilmu Biologi Molekuler Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Chaerul Anwar Nidom menyatakan virus corona SARS-CoV-2 yang ada di Indonesia sudah berbeda dengan yang pertama kali ditemukan di China.
Dia menyebut virus corona baru di Indonesi sudah mengalami mutasi dan daya penularannya lebih berbahaya.
Kemudian, ada pula ahli virus China yang melarikan diri ke Amerika Serikat (AS), Li Meng Yan menyatakan virus corona SARS-CoV-2 dibuat di laboratorium milik China dalam waktu enam bulan. Dia menyebut China telah merekayasa virus corona pada kelelawar hingga menghasilkan virus corona SARS-CoV-2.
"Itu berasal dari laboratorium, laboratorium di Wuhan dan laboratorium tersebut dikendalikan oleh pemerintah China," kata Li Meng.
Pada awal bulan Agustus 2020, dokter dan ahli mikrobiologi bernama Hadi Pranoto juga menyita perhatian publik setelah menjadi narasumber di video YouTube selebritas, Anji. Dia mengklaim telah menemukan obat Covid-19 di tengah seluruh negara masih mengembangkan vaksin dan obat antivirus penyakit tersebut.
Hadi menyampaikan obat Covid-19 buatannya berasal dari tumbuh-tumbuhan alam Indonesia.
Pada Awal Maret 2020, ilmuwan di Islandia mengklaim menemukan 40 mutasi virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19. Mereka menemukan mutasi atau perubahan kecil dalam genom virus dengan menganalisis swab pasien Covid-19 di Islandia.
Namun, studi yang dilakukan ilmuwan dari Islandia itu belum ditinjau secara formal oleh ilmuwan lain. Para peneliti Islandia menggunakan urutan genetic untuk mengidentifikasi berapa banyak mutasi yang diakumulasi oleh virus.
Di bulan yang sama, tim peneliti Universitas Sun Yat-sen menyatakan penyebaran virus corona bisa melambat dalam cuaca yang lebih hangat. Sebab, virus yang menyebabkan Covid-19 itu menyebar paling cepat pada suhu lingkungan yang sejuk.
"Virus ini sangat sensitif terhadap suhu tinggi", kutip hasil penelitian Universitas Sun Yat-sen.
Namun, kolaborasi peneliti menyatakan bahwa musim panas tidak mempengaruhi pandemi Covid-19. Hasil penelitian menyebutkan pertumbuhan epidemi dipengaruhi oleh intervensi kesehatan.
"Kami telah melakukan studi pendahuluan yang menyarankan baik [garis] lintang maupun suhu dapat memainkan peran. Tetapi ketika kami mengulangi penelitian yang jauh lebih ketat, kami mendapat hasil sebaliknya," kata peneliti kebijakan kesehatan Universitas Toronto Peter Jüni.
Celotehan lain terkait Covid-19 berasal dari ilmuwan Pusat Penelitian Virologi dan Bioteknologi VECTOR Rusia yang mengklaim telah menemukan cara yang sangat mudah untuk membunuh partikel yang terkait dengan virus corona SARS-CoV-2.
Para ilmuwan menyatakan bahwa sekitar 90 persen partikel virus mati dalam air bersuhu ruangan dalam waktu 24 jam. Sementara 99,9 persen mati dalam 72 jam.
Komentar