Daftar Isi
LANCANGKUNING.COM - Oleh Retno Ningrum (Mahasiswi Universitas Riau)
Tanpa jumpa dalam dunia tawa
Hadir disela-sela duka dalam dunia maya
Kusambut ceria senyum indah potretnya
Dari jarak yang membentang lautan negeri awan
Terlintas rasa menyapa dari balik senja
Salam dari timur untuknya
Enam tahun yang lalu
Setiap malam
Selepas senja berlalu
Setiap kata adalah nada yang ku dengar
Bermain dalam alunan biola dan gitar
Kami menari bersama di atas tanah yang berbeda
Waktu adalah raja
Kuasa mengubah dunia dalam alur ceritanya
Kuncup, berbunga mekar kemudian layu dan terbakar
Aku menjadi tanah, tumbuh setangkai bunga yang baru
Setelah senja, selepas hujan
Dirimu yang bertahan dengan sejuta rintangan
Peduli apa aku pada nada?
Ada musik tak ada biola
Ada suara tak ada yang punya
Sebatas imaji yang tergambar
Mengikuti nada dan irama
Peduli apa aku?
Ingin kutepuk pundakmu
Bersorak kemenangan tanpa ada jarak lagi
Sebab kau masih bertahan
Seperti hujan yang tak pernah jenuh pada tanah
Sudah pandai kau menulis puisi
Lebih indah dari nada dan irama
Kubaca sesekali diam-diam
Sekali lagi
Ingin kutepuk pundakmu bersorak kemenangan
Tanpa ada jarak membentengi
Kautahu?
“Seseorang yang berharap lebih, kecewanya akan makan hati.”
Meski hasil adalah harapan, jalan adalah rintangan
Kutetap berjalan tanpa harapan
Telah kugantungkan harapan itu pada waktu
Entah di mana ia akan ada
Entah kapan menjadi nyata
Kau tahu bukan?
“Waktu adalah raja, kuasa mengubah dunia dalam alur ceritanya.”
Impian, harapan dan cinta adalah manusiawi
Sebatas imaji
Sekedar obat pelipur lara
Maaf, semua imaji itu tersimpan dalam waktu
Dalam ruang rahasia
Ada satu rahasia
Setiap yang akan datang akan memberi tanda
Seperti mendung pertanda hujan
Aku selalu melihat tanda darimu
Tanda akan datang dan bermukim selamanya
Tanda yang akan menyapaku disetiap pagi
Menghidangkan secangkir kopi
Menari bersama dalam guyuran hujan
Menikmati senja selepas pulang
Namun sayangnya,
Mendung tak selalu menghadirkan hujan
Komentar