Daftar Isi
Foto: Penduduk Mauritius melihat kapal MV Wakashio yang kandas di kawasan batu karang dan menumpahkan minyak. (AFP/DEV RAMKHELAWON)
Lancang Kuning - Kapal MV Wakashio milik perusahaan Jepang yang kandas di perairan Mauritiusdan menumpahkan minyak di laut dilaporkan terbelah menjadi dua bagian pada Sabtu (15/8) kemarin.
"Pada pukul 16.30 waktu setempat, bagian haluan kapal terpisah dengan buritan dan kami terus memantau perkembangannya," demikian isi pernyataan Komite Bencana Nasional Mauritius, seperti dilansir CNN, Minggu (16/8).
Kapal milik perusahaan Jepang, Nagashiki Shipping, tetapi dioperasikan oleh Mitsui O.S.K. Lines itu kandas di perairan Pointe d'Esny pada akhir Juli. Akibat lambung yang bocor, ribuan ton minyak ke wilayah perairan setempat.
Para relawan setempat sampai saat ini terus melakukan proses pembersihan secara massal.
Menurut koordinator komunikasi lembaga Greenpeace Afrika Internasional, Tal Harris, kawasan itu saat ini sudah ditetapkan sebagai daerah terlarang dan seluruh relawan diminta menghentikan seluruh kegiatan.
Menurut Mitsui O.S.K Lines, ada sekitar 1.180 metrik ton oli yang mengalir ke laut akibat kebocoran pada tangki bahan bakar. Sampai saat ini dilaporkan ada 460 ton minyak yang berhasil diangkat dari perairan dan kawasan pesisir.
Saat berlayar dari China menuju Brasil, kapal itu kandas di Mauritius. Kapal itu mengangkut 3.800 ton bahan bakar minyak dengan kadar belerang rendah, dan 200 ton oli mesin diesel.
Perdana Menteri Mauritius, Pravind Jugnauth, mengatakan akan meminta ganti rugi dari Nagashiki Shipping atas kerusakan lingkungan.
Pemerintah Jugnauth berada di bawah tekanan untuk menjelaskan mengapa mereka tidak segera mengambil tindakan untuk mengosongkan kapal yang kandas pada 25 Juli itu. Dua pekan kemudian, setelah dihempas ombak, kapal itu retak dan mulai bocor.
Beberapa bagian perairan biru kehijauan di sekitar Mauritius diwarnai lumpur hitam, lahan basah bakau pun kotor, dan burung air serta reptil diselimuti minyak yang lengket.
Ribuan warga Mauritius bekerja selama berhari-hari untuk mengurangi kerusakan dengan membuat pelampung pembatas tumpahan (floating boom) dari kain yang diisi dengan jerami dan daun tebu untuk menahan minyak.
Sementara warga lain mengambil minyak dari perairan dangkal. (LK)
Komentar