Daftar Isi
Foto: Ilustrasi pengangguran
Lancang Kuning - Inggris kehilangan 730 ribu lapangan kerja selama kuartal II 2020 akibat pandemi virus corona. Banyak perusahaan yang tutup karena keuangannya terdampak wabah tersebut.
Mengutip CNN.com, Kantor Statistik Nasional mengatakan rekor penurunan jumlah pekerja berada pada usia di atas 65 tahun. Beberapa pekerja berusia 24 tahun juga ikut terpukul dan kehilangan pekerjaan.
Penurunan lapangan kerja kali ini menjadi yang terbesar sejak resesi besar pada 2009 lalu. Ini juga bertepatan dengan kebijakan penguncian wilayah (lockdown) dengan menutup toko dan restoran di Inggris.
Jumlah gaji yang dibayarkan juga turun selama periode April-Juni 2020. Hal ini terjadi untuk pertama kalinya sejak 2001 lalu dan mengartikan bahwa standar kehidupan turun.
Selain itu, jumlah wiraswasta juga merosot drastis selama kuartal II 2020. Ini juga sejalan dengan jumlah orang yang mengklaim tunjangan pengangguran meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 2,7 juta.
Pandemi virus corona telah membuat ekonomi Inggris anjlok. Perusahaan besar Inggris, termasuk British Airways telah memusnahkan lebih dari 100 ribu pekerjaan.
Jumlah karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) pun berpotensi terus meningkat. Sementara, banyak perusahaan ritel dan perhotelan yang masih berjuang untuk bertahan hidup.
Kendati begitu, saat ini tingkat pengangguran Inggris masih di level 3,9 persen pada kuartal II 2020. Data itu tak termasuk pekerja yang sedang mengikuti program cuti.
Kantor Statistik Nasional Inggris mengatakan 7,5 juta orang diperkirakan cuti pada Juni 2020. Mereka disebut-sebut sudah tak bekerja selama lebih dari tiga bulan.
Sementara, keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit memperdalam kesengsaraan ekonomi di Inggris Raya. Saat ini, pemerintah Inggris hampir kehabisan waktu untuk mendapatkan kesepakatan dengan Uni Eropa.
Perusahaan Inggris terancam harus menanggung beban tambahan untuk mengoperasikan bisnisnya. Hal ini akan berdampak buruk pada perusahaan. (LK)
Komentar