Kisah Tiga Generasi Terinfeksi Virus Corona

Daftar Isi

    Foto: Usai kepergian sang ayah karena virus corona, kini dokter Sandi harus menelan kenyataan yang tak kalah pahit, dia dan putrinya terinfeksi virus corona. (Pexels/Wesley Wilson)

    Lancang Kuning - Dokter Sandi Nugraha harus menghadapi kenyataan pahit. Ia terkonfirmasi positif Covid-19 pada Mei 2020 lalu. Tak lama setelah dirinya terinfeksi virus corona, sang puteri rupanya juga bernasib serupa.

    "Pada saat saya diisolasi, dilakukan tracing pada keluarga saya, pada istri, pada anak, ternyata cobaan belum (cukup) sampai di sini. Anak saya positif (Covid- 19). Masih enggak percaya rasanya tapi, saya harus menjalani cobaan ini," ungkap Sandi dalam video yang diunggah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam akun Instagramnya.

    Dokter spesialis anak di RSUD Dr. Moewardi, Surakarta ini sebelumnya kehilangan sang ayah, Dokter Wahyu Hidayat akibat Covid-19. Sang ayah merupakan dokter spesialis telinga, hidung dan tenggorokan (THT) yang berpraktik di tiga rumah sakit di Jawa Barat. Meski tidak menangani pasien corona secara langsung seperti dokter spesialis paru, dirinya menduga ini berkaitan dengan pekerjaan spesialis THT yang berisiko tinggi.

    Dokter spesialis THT memang berurusan dengan saluran telinga, hidung dan tenggorokkan. Seperti diketahui, hidung dan tenggorokan merupakan reservoir virus corona.

    "Mungkin ayah saya pakai APD kurang baik, kenapa? Pada saat itu mengeluh susah setengah mati (mendapatkan APD), maka minta tolong saya carikan APD," kata Sandi dalam sebuah wawancara dengan CNN Indonesia TV.

    Ia sulit memenuhi permintaan sang ayah. Pemesanan APD rata-rata bersifat pre-order dan memerlukan waktu. Untuk pembelian langsung akan dikenakan harga cukup mahal.

    Terpaksa sang ayah mengenakan APD seadanya. Sandi bercerita saat dikirim foto tampak sang ayah hanya mengenakan baju yang lebih mirip jas hujan, sarung tangan biasa, face shield, dan masker medis biasa. Beberapa komponen APD terpaksa tidak dikenakan karena harganya cukup mahal. Padahal APD untuk dokter di zona risiko tinggi harus terdiri dari busana tertutup (baju hazmat), face shield, masker N95, sarung tangan, dan kacamata goggle.

    Tak selang berapa lama, sang ayah mengeluhkan demam, tekanan darah naik dan kadar gula darah cukup tinggi. Namun Sandi menuturkan sang ayah memang memiliki riwayat hipertensi dan diabetes. Tidak ada keluhan lain apalagi yang berkaitan dengan Covid-19 seperti batuk dan sesak napas.

    "Selama perawatan, untuk antisipasi kami melakukan 3 kali foto rontgen, CT Scan paru, hasilnya baik. Ayah dirawat 5 hari, pulang lalu masuk rumah sakit lagi. Dari foto rontgen ulang, hasilnya memburuk," ungkapnya, dilansir dari CNN. 

    Kondisi tubuh yang terus memburuk akhirnya membuat ayahnya meninggal dunia pada awal April 2020. Pemakaman sesuai protokol sehingga Sandi dan keluarga tidak bisa memandikan jenazah dan juga menyalatkan. Bahkan saat pemakaman, ia hanya bisa melihat dari kejauhan. Ucapan perpisahan untuk selamanya diucapkan dari jauh, seiring doa yang terus dilantunkan.

    Pengalaman kehilangan sang ayah diakui Sandi membuat ia dan keluarga menjadi lebih waspada. Cuci tangan, berganti pakaian setelah keluar rumah tidak pernah terlewat. Ia tidak ingin apa yang dialami sang ayah terulang di keluarganya meski sebagai tenaga medis ia tetap berisiko tinggi akan tertular.

    Sayang, hal yang jadi ketakutan Sandi jadi kenyataan. Ia positif Covid-19 begitu pula dengan sang puteri.

    "Ayah saya dan saya menderita Covid-19, anak saya juga menderita Covid-19. Masih enggak percaya tiga generasi di keluarga saya sudah terkena," katanya.

    Dari sini, ia berpesan pada masyarakat untuk senantiasa menjaga kesehatan dan menjalankan protokol kesehatan. Masyarakat, lanjutnya, tidak perlu sungkan menyebutkan keluhan-keluhan penyakit saat memeriksakan diri ke dokter terutama keluhan-keluhan yang berkaitan dengan gejala Covid-19. Ini dilakukan demi melindungi tenaga medis juga para staf di rumah sakit.

    "Tolong kepada masyarakat jalankan protokol kesehatan, hindari berkerumun, jaga keluarga kita, maksimalkan di rumah dengan keluarga kita, karena kesempatan bersama keluarga itu kesempatan yang sungguh amat berharga," ucapnya. (LK)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Kisah Tiga Generasi Terinfeksi Virus Corona
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar