Daftar Isi
Foto: Presiden Turki dan Pasukan militer miliknya
Lancang Kuning – Bicara soal perang di Suriah dan Libya, tentu harus pula memperhitungkan Turki sebagai pihak yang terlibat dalam konflik kedua negara itu. Di balik keterlibatan Turki, ternyata negara ini punya misi pribadi yang baru saja dilontarkan oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Sejak Perang Sipil Libya Kedua meletus pada 2014, Turki menjadi salah satu kekuatan yang ikut terlibat dalam pertempuran. Turki memilih berkoalisi dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA), bertempur dengan pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) di bawah komando Marsekal Khalifa Haftar.
Ternyata, Turki memiliki maksud terselubung di balik keterlibatan di Suriah dan Libya. Dinyatakan sendiri oleh Erdogan, dunia saat ini mengagumi kekuatan Turki. Lebih lanjut Erdogan mengklaim kekaguman itu adalah buah campur tangan Turki di perang Suriah dan Libya.
Meski demikian, Erdogan tetap mengatakan bahwa alasan utama keterlibatan Turki adalah solidaritas. Dalam pandangan Erdogan, sikap itu lah yang juga menjadi salah satu bukti kekuatan Turki, baik dari segi sikap, dan armada militernya.
Baca Juga: Makanan Khas Pekanbaru
"Saya yakin bahwa persatuan dan solidaritas kita akan membuat dunia mengagumi Turki, dan memperkuat posisi kita di Pakta Atlantik Utara (NATO)," ujar Erdogan dikutip VIVA Militer dari Al-Masdar News.
Baca Juga: Tempat Wisata di Riau
"Solidaritas yang kami tunjukkan kepada saudara-saudara di Libya, dan layanan konsultasi yang kami berikan menunjukkan seberapa kuat kinerja kami," katanya.
Di sisi lain, Turki tak hanya berhadapan dengan pasukan LNA dan Haftar saja. Ya, Turki juga terlibat dengan Rusia, salah satu negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia.
Baca Juga: Anggota DPRD Riau Santuni Ibu RMS di Rohul yang Divonis Bersalah Mencuri Sawit
Seperti yang diketahui, Rusia tak cuma memobilisiasi pasukan Angkatan Bersejata (TSK) ke Suriah dan Libya. Ya, Negeri Beruang Merah juga mengerahkan tentara bayaran dengan bantuan sebuah perusahaan keamanan swasta, Wagner Group. Turki dengan berani menyebut Rusia adalah bagian dari pemberontak Libya.
Baca Juga: Alfedri Sebut Kosumsi Ikan Dapat Tingkatkan Daya Tahan Tubuh di Tengah Pandemi Covid-19
"Sejarah akan menilai mereka yang menyebabkan pertumpahan darah dan air mata di Libya dengan mendukung Haftar sebagai pemberontak "putschist", kata Erdogan dilansirAl-Jazeera.
Erdogan juga punya keyakinan bahwa konflik di Libya hanya bisa diselesaikan secara politis di bawah pengawasan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB). Keyakinan Erdogan pada PBB dan pernyataannya memperkuat posisi Turki dalam NATO, menjelaskan di mana Turki akan berdiri jika terjadi Perang Dunia III.
Bukti lainnya adalah, bagaimana Turki menjadi salah satu pendukung pembentukan GNA pada 2016. Turki menjadi salah satu dari sejumlah negara, yang menginisiatif pembentukan pemerintah yang saat ini dipimpin oleh Fayyez al-Sarraj sebagai perdana menteri.
Dengan fakta-fakta tersebut Turki diperkirakan akan masuk dalam barisan sejumlah negara semisal Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, dan Australia, jika sampai Perang Dunia III terjadi. (LK)
Komentar