Daftar Isi
LancangKuning.com - Plagiarisme atau penjiplakan rentan terjadi pada penulisan karya ilmiah, seperti makalah, jurnal bahkan skripsi. Menurut Wikipedia, plagiarisme merupakan tindakan menjiplak atau mengambil pendapat, karangan atau lain sebagainya milik orang lain untuk dijadikan seolah pendapat atau karangan sendiri.
Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa plagiarisme merupakan tindakan mengambil karangan baik pendapat atau lain sebagainya milik orang lain untuk dijadikan seakan-akan karangan sendiri.
Penjiplakan kerap terjadi ketika mengutip gagasan, ide atau teori dari sumber yang sudah dipublikasikan sebelumnya. Padahal, terdapat pedoman dan etika dalam mencantumkan gagasan, ide atau teori milik orang lain untuk disertakan pada sebuah karya ilmiah.
Baca Juga : Tempat Wisata di Pekanbaru
Terdapat beberapa tipe plagiarisme yang sering terjadi. Pertama, plagiarisme kata demi kata, yakni penulisan kata-kata dari pendapat atau karangan orang lain tanpa menyertakan sumbernya. Kedua, plagiarisme atas sumber atau, yakni penggunaan gagasan milik orang lain dan tidak mengakui atau mencantumkan sumber dengan jelas.
Ketiga, plagiarisme kepengarangan yakni mengutip dan mengakui gagasan dari karya ilmiah orang lain sebagai tulisan ilmiah sendiri. Keempat self plagiarisme, yang mempublikasikan artikel dari sebuah redaksi dan melakukan perubahan karya ilmiah tersebut.
Namun, plagiarisme rentan terjadi pada mahasiswa ketika tanpa disengaja telah mengutip gagasan, ide atau teori milik orang lainnya dengan tidak menyertakan sumber pengutipannya. Hal ini disebabkan keterbatasan waktu dalam penyelesaian karya ilmiah, tingkat terhadap analisa dan minat untuk membaca yang rendah, kurangnya pengetahuan terkait cara atau pedoman dalam mengutip karya ilmiah dari sumber lain dan minimnya perhatian dosen terkait masalah plagiarisme tersebut.
Untuk itu, pemerintah telah berupaya melakukan pencegahan plagiarisme dengan menerbitkan Peraturan Menteri terkait sanksi untuk tindakan plagiarisme yang dilakukan mahasiswa. Selain itu, terdapat cara menulis karya ilmiah agar terhindar dari plagiarisme seperti yang sudah dirangkum Garuda Cyber Indonesia, seperti berikut ini:
Baca Juga : Akreditasi Jurusan Kampus Sekolah Tinggi Sains Dan Teknologi Indonesia
Pelajari Tata Cara Penulisan Kutipan
Gagasan, ide, atau teori merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk menulis karya ilmiah, baik itu makalah, jurnal, maupun skripsi. Kutipan memang dibutuhkan sebagai penguat argumen yang dibangun penulis. Sayangnya, banyak penulis yang rentan melakukan plagiarisme setelah mengutip gagasan, ide maupun teori milik orang lain tanpa menyertakan sumber pengutipan.
Untuk menghindari plagiarisme, tata cara membuat kutipan dalam karya ilmiah dapat ditulis melalui kutipan langsung maupun tidak langsung. Selain itu, penulis dapat mengambil bagian terpenting saja untuk mendukung teori pada karya ilmiah sendiri dengan mengganti potongan kalimat dengan elipsi atau tiga titik (…).
Sementara pada penulisan untuk sumber kutipan, penulis dapat menggunakan tanda kurung berisikan nama akhir pengarang, tahun dan nomor halaman yang ditulis di bagian akhir kalimat kutipan. Selain menghindari plagiarisme, penulisan pengarang diikuti tanda kurung juga memudahkan pembaca untuk mengetahui sumber kutipan.
Teknis Parafrase
Parafrase merupakan tata cara penulisan dalam mencantumkan gagasan, ide maupun teori milik orang lain menggunakan kata- kata atau kalimat sendiri, namun tidak merubah pengertian atau makna dari gagasan, ide atau teori tersebut dan tetap menyertakan sumber kutipan.
Baca Juga : Tempat Wisata di Riau
Dibutuhkan keterampilan untuk membuat parafrase dari kalimat gagasan, ide atau teori milik orang lain. Namun, tidak sedikit penulis karya ilmiah yang membuat parafrase dibandingkan pengutip gagasan, ide atau teori dari sumber lain.
Secara umum, terdapat enam tata cara penulisan kutipan menggunakan parafrase, antara lain:
- Penggunaan sinonim untuk seluruh kata yang secara umum tidak digunakan oleh penulis asli pendapat atau teori yang dikutip.
- Melakukan perubahan pada struktur kalimat.
- Melakukan perubahan tekanan pada kalimat aktif ke pasif atau sebaliknya.
- Kurangi penggunaan anak-anak kalimat jika tidak dibutuhkan dalam uraian atau penulis melakukan pemaknaan kembali.
- Mengubah uraian yang berisi pembicaraan dari penulis asli kutipan.
- Penulisan sumber kutipan secara lengkap.
Selain itu, plagiarisme dapat dihindari dalam penulisan karya ilmiah dengan memanfaatkan teknologi yang kian pesat perkembangannya. Saat ini, sudah banyak aplikasi yang dapat mendeteksi atau mengurangi plagiarisme pada tulisan karya ilmiah.
Dengan memanfaatkan aplikasi plagiarisme penulis dapat mengetahui tingkat kemiripan dan membandingkan tulisan ilmiah yang Anda tulis dengan karya ilmiah yang sudah terbit sebelumnya.(V0l1-Yl)
Komentar