Pasca Konflik di Wamena, Banyak Keluarga yang Terpisah

Daftar Isi

     

    Foto: Istimewa (Net)

    LancangKuning.Com, JAYAPURA – Sari Aprilia hanya bisa menangis ketika ditanyakan perasaannya hendak pulang ke tanah kelahirannya di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat.

    Ia terharu bahagia karena akan kembali ke keluarganya pascakonflik sosial yang terjadi di Wamena, tempatnya selama ini mencari nafkah. Akan tetapi, terselip kesedihan dalam keharuan yang ia rasakan. Pasalnya, tak semua anggota keluarga Sari dapat pulang bersama ke Pesisir Selatan.

    Baca Juga: Mahasiswa Teknik Eletronik UNP Diklat dan Baksos di Sungai Sariak

    Suami Sari hingga Kamis (3/10) masih tertinggal di Wamena karena harus mengantre giliran terbang menggunakan Hercules milik TNI ke Sentani, Jayapura.

    Baca Juga: Al-Batar Pekanbaru Gelar Ruqyah Massal, Ada yang Muntah dan Keluarkan Jurus

    Sedangkan di hari itu, ia beserta kedua anaknya akan kembali ke Sumbar, terbang menggunakan Pesawat Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang membawa pengungsi asal Pesisir Selatan, termasuk Sari dan anak-anaknya.

    “Suami saya masih di Wamena, belum dapat giliran terbang pakai Hercules karena masih diprioritaskan untuk perempuan, anak-anak, ibu hamil dan usia renta. Tapi kata suami saya tak apa kembali ke Pesisir Selatan lebih dulu, nanti dia menyusul,” ungkap Sari sambil mengusap air mata kesedihan akibat perpisahan, Kamis (3/10).

    Baca Juga: Makanan Khas Pekanbaru

    Hal yang sama dirasakan Ana dan Rivaldi, balita asal Wamena ini harus mengungsi ke Jayapura bersama ibu dan keluarga lainnya, tanpa sang ayah. ACT bertemu dengan Ana dan Rivaldi di Bandara Militer Silas Papare ketika mereka baru saja mendarat menggunakan pesawat Hercules milik TNI yang membawa mereka dari Wamena, Jumat (4/10).

    Ana dan Rivaldi datang bersama ratusan penumpang lain yang tiba di Jayapura untuk mengungsi dari konflik sosial di Wamena, Jayawijaya.

    Baca Juga: Tempat Wisata di Riau

    Naomi, bibi Ana dan Rivaldi, mengatakan saat ini suaminya masih berada di Wamena. Sang ayah belum mendapatkan jadwal penerbangan karena sedang diprioritaskan bagi perempuan, anak-anak, dan usia renta. Namun begitu, belum jelas kapan bagian keluarga mereka mendapatkan jadwal ikut terbang dengan hercules.

    “Saya asal Sorong dan tinggal di Wamena bersama suami, tapi sekarang kami mengungsi dulu keluar Wamena, kami masih trauma,” ungkap Naomi.

    Pascakonflik sosial yang pecah pada beberapa pekan lalu, gelombang pengungsi masih terus terjadi dari Wamena menuju Jayapura menggunakan pesawat Hercules.

    Per 4 Oktober 2019, tercatat lebih dari 10 ribu orang meninggalkan Wamena untuk mencari tempat yang lebih aman. Sebagian besar mereka mengungsi tanpa membawa harta benda karena tak sempat menyelamatkan. Selain itu, mereka juga terpisah dengan keluarganya karena tak semua pengungsi dapat langsung terangkut pesawat tujuan Sentani di Jayapura.

    Sampai saat ini, titik pengungsian yang tersebar di Sentani dan Kota Jayapura masih terlihat padat. Mereka bertahan di pengungsian akibat tak lagi memiliki harta benda dan masih belum berani kembali ke Wamena. Bantuan menjadi harapan mereka untuk menyambung hidup di Sentani dan daerah lain tujuan mengungsi.

    ACT sendiri hingga dua pekan pascakonflik sosial di Wamena terus melakukan pendampingan. Berbagai program dijalankan untuk pengungsi hingga masa pemulihan.

    “Untuk masa tanggap darurat, kami terus melakukan distribusi makanan siap santap dari dapur umum, pelayanan kesehatan, serta pemulangan ke kampung halaman pengungsi,” jelas Wahyu Novyan selaku Komandan Posko Nasional ACT untuk Penanganan Konflik Wamena, Ahad (6/10). (LKC)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Pasca Konflik di Wamena, Banyak Keluarga yang Terpisah
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar