Produk Lokal RI Bisa Mendunia, Begini Caranya

Daftar Isi

    Foto: Ilustrasi/Foto: Jalu Rahman Dewantara. (Detik.com)


    Lancang Kuning - Ekspor merupakan salah satu lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional. Kegiatan ini bisa mendatangkan devisa bagi negara dan perlu dikembangkan secara terintegrasi mulai dari sektor hulu hingga hilir.

    Karena itu Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan berupaya mendorong ekspor melalui Pembiayaan Ekspor Nasional dalam bentuk pembiayaan, penjaminan, asuransi dan jasa konsultasi.

    Untuk memaksimalkan kegiatan perdagangan dibutuhkan pengembangan kapasitas pelaku usaha agar bisa meningkatkan daya saing sehingga pelaku usaha mampu melakukan ekspor secara mandiri dengan produk berkualitas internasional.

    Ada salah satu program Desa Devisa yang mengembangkan masyarakat atau komunitas. Program Desa Devisa memberi kesempatan bagi wilayah yang memiliki produk unggulan berorientasi ekspor untuk mengembangkan potensi secara ekonomi, sosial dan lingkungan bagi masyarakat.

    Wilayah yang berpotensi untuk diberikan pendampingan dalam kegiatan Community Development akan dianalisa menggunakan key indicators dalam rangka klasifikasi kriteria dan parameter untuk mengukur kebutuhan dalam pengembangan menjadi "Desa Devisa".

    Bersama Institut Pertanian Bogor yang merupakan salah satu anggota dari University Network for Indonesia Export Development (UNIED), LPEI mengkaji indikator untuk mengembangkan sebuah desa menjadi Desa Devisa, dengan mempertimbangkan sejumlah aspek yaitu produk, konsistensi dan keberlanjutan produksi, pemberdayaan masyarakat dan koordinasi antar pemangku kepentingan, produsen dan manajerial, infrastruktur dan sarana penunjang lain.

    Program Desa Devisa ini selain meningkatkan kapasitas masyarakat daerah dan mengembangkan komoditas unggulan desa, program ini juga mendorong partisipasi masyarakat desa dalam rantai pasukan ekspor global baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat menghasilkan devisa dan berkontribusi kepada negara melalui kegiatan ekspor.

    Corporate Secretary LPEI Agus Windiarto mengungkapkan saat ini LPEI telah berhasil membentuk dua Desa Devisa yaitu Desa Devisa Kakao di Jembrana, Bali dengan komoditas unggulan berupa biji kakao yang difermentasi dan Desa Devisa Kerajinan di Bantul, Yogyakarta dengan produk kerajinan ramah lingkungan.

    Kedua Desa Devisa ini telah mendapatkan beragam pelatihan dan pendampingan secara berkesinambungan untuk peningkatan kualitas produknya, kapasitas produksinya, peningkatan SDM dan juga untuk mendapatkan sertifikasi guna meningkatkan harga jual.

    Di tahun 2019, Desa Nusasari yang berlokasi di Jembrana, Bali menjadi Desa Devisa pertama yang diresmikan oleh LPEI, berfokus pada pengembangan ekspor komoditas kakao.

    Pendampingan dilakukan LPEI bersama dengan Koperasi Kerta Semaya Samaniya untuk meningkatkan kemampuan para petani kakao dalam proses produksi hingga mampu menghasilkan produk fermentasi biji kakao yang memiliki kualitas standar internasional sehingga dapat diekspor ke beberapa negara Eropa seperti Perancis, Belanda dan Belgia, serta ke negara lainnya termasuk Jepang dan Amerika Serikat (AS).

    Mayoritas fermentasi biji kakao diekspor ke Perancis hingga mencapai 12,5 ton setiap tahunnya. Peran pemberdayaan masyarakat desa yang hampir mencapai lebih dari 600 orang dan mayoritas adalah perempuan, telah mampu mengelola kebun kakao secara organik, sehingga memberikan nilai tambah dan harga jual yang tinggi kepada komoditasnya.

    Melalui program Desa Devisa ini, LPEI mendapatkan penghargaan dari Global CSR Award berupa silver award untuk kategori "Empowerment of Women" di tahun 2020 lalu. Desa devisa lainnya adalah Desa Devisa Kerajinan di Bantul, Yogyakarta.

    LPEI bersama - sama dengan Koperasi Asosiasi Pengembangan Industri Kerajinan Rakyat Indonesia (APIKRI) yang juga tergabung dalam World Fair Trade Organization (WFTO) melakukan pendampingan dan pelatihan kepada lebih dari 300 pengrajin. Produk unggulan dari Desa Devisa ini adalah green coffin atau peti mati ramah lingkungan. Keunikan produk ini adalah meminimalkan penggunaan kayu dan logam.

    Produk ini telah berhasil diekspor ke Inggris dan Belanda. Bahkan di tengah pandemi COVID-19, APIKRI masih mengekspor produk ini ke AS. Agus menambahkan LPEI akan terus menjalankan program Desa Devisa di seluruh Indonesia.

    Dia menyebutkan keberhasilan penerapan program Desa Devisa di dua wilayah ini diharapkan dapat diduplikasi ke sejumlah wilayah di Indonesia. Saat ini LPEI sedang berproses untuk pengembangan desa devisa di beberapa wilayah yang memiliki potensi komoditas unggulan antara lain beras dan kopi.

    "Dalam waktu dekat ini kita akan melakukan peluncuran desa devisa di kawasan Jawa Barat. Pendampingan dan pengembangan masyarakat dalam program Desa Devisa ini akan membawa produk lokal Indonesia mendunia serta memberikan dampak positif terhadap peningkatan ekonomi, sosial dan lingkungan bagi masyarakat setempat," jelasnya, dilansir LKC dari detik.com (LK)

     


    Artikel ini sudah ditayangkan detik.com dengan judul berita Produk Lokal RI Bisa Mendunia, Begini Caranya

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Produk Lokal RI Bisa Mendunia, Begini Caranya
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar