Prasasti di UNJ dan Gagasan Sukarno soal Kota Mahasiswa

Daftar Isi

    Lancang KuningRiset pemeringkatan Kota-Kota Mahasiswa di Indonesia 2020 yang dilakukan tim peneliti Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menuai polemik.

    Pasalnya Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang juga Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri melontarkan kritik 'Jakarta amburadul' dengan berkaca pada hasil riset tersebut.

    Megawati menyampaikan pernyataan itu usai tim UNJ memaparkan hasil penelitian terkait studi pemeringkatan kota-kota mahasiswa di Indonesia 2020 yang mendapuk beberapa kota sebagai Kota Mahasiswa. Pada penelitian tersebut, DKI ada di peringkat enam.

    Pada riset yang dipimpin Ketua Senat dan Guru Besar Universitas Jakarta Hafid Abbas itu mendapati peringkat pertama Kota Mahasiswa adalah Semarang.

    Kemudian peringkat dua Solo dan Surabaya, di peringkat tiga adalah Denpasar, peringkat empat adalah Malang, lalu di peringkat lima ada Bandung dan Yogyakarta.

    Saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Hafid yang juga mantan anggota Komnas HAM itu menegaskan riset tersebut tak dimaksudkan untuk tujuan politis.

    "Terserah orang memberi makna dalam temuan-temuan tersebut, bebas saja, tapi itu di luar kepentingan ilmiah ya," kata Hafid saat dihubungi , Rabu (11/11).

    Hafid menerangkan latar belakang penelitian itu tak lepas dari prasasti yang diletakkan Presiden pertama RI Sukarno di Gedung Daksinapati (sekarang Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ) pada 15 September 1953. Prasasti itu menyatakan kawasan kampus tersebut sebagai 'Kota Mahasiswa' Jakarta.

    Saat itu, UNJ masih menjadi bagian dari Universitas Indonesia (UI) sebagai sekolah keguruan dan ilmu pendidikan atau Kampus Rawamangun.

    Pada Bab I laporan penelitian tersebut yang CNNIndonesia.com lihat, dijelaskan pada 1950, UI masih merupakan universitas multikampus yang tersebar di berbagai kota. Saat itu kampus Jakarta adalah Fakultas Kedokteran, Hukum, dan Sastra), Bogor (Pertanian dan Kedokteran Hewan), Bandung (Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), Surabaya (Kedokteran dan Kedokteran Gigi), dan Makassar (Ekonomi dan Hukum).

    Mulai 1954 kemudian masing-masing kampus tersebut berdiri sendiri dari mulai di Surabaya yang menjadi Universitas Airlangga hingga paling buncit Kampus Bogor jadi Institut Pertanian Bogor dan Kampus Rawamangun menjadi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan atau IKIP (sekarang UNJ).

    "Penelitian ini mengadopsi dari pemikiran Bung Karno soal kota mahasiswa, karena tahun 15 September 1953 beliau datang ke kampus Rawamangun yang saat itu masih UI untuk meletakkan prasasti. Nah, tapi mahasiswa belum ada yang mengerti apa itu Kota Mahasiswa," kata Hafid.

    Hafid menerangkan istilah 'Kota Mahasiswa' belum dikenal secara luas pada era Sukarno. Istilah itu baru dikenal masyarakat umum setelah Quacquarelli Symonds (QS) bersama Times Higher Education (THE) mempublikasikan hasil studi pemeringkatan kota-kota mahasiswa terbaik di dunia pada 2010.

    "Jadi berangkat dari itu kami coba olah-olah lewat penelitian," sambungnya.

    Hafid sendiri menilai pemikiran Sukarno soal Kota Mahasiswa itu seakan melampaui zamannya. Pasalnya, kata dia, hingga saat ini belum ada kriteria khusus untuk menjelaskan makna Kota Mahasiswa.

    Dalam penelitian pihaknya sendiri, Hafid dkk menggunakan lima indikator penilaian atau variabel yang diadopsi dari penelitian QS dan THE.

    Lima indikator itu adalah: dari sudut aspek keberadaan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang terakreditasi A di satu kota; aspek keamanan; aspek beban biaya hidup; aspek peluang kerja di satu kota; dan, aspek daya tarik sebuah kota.

    Hafid menyebut dalam riset ini mereka menggunakan objek penelitian terhadap 10 kota di Indonesia yakni Medan, DKI Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, Malang, Yogyakarta, Denpasar, dan Makassar untuk menentukan ranking ideal 'Kota Mahasiswa'.

    "Di Indonesia dari 514 Kabupaten/Kota ternyata ada 10 yang memenuhi kriteria, karena lainnya tidak memiliki Perguruan Tinggi yang reputasi tinggi," kata dia.

    Kemudian dari lima indikator tersebut ditotal skornya. Hasilnya adalah Semarang menjadi peringkat pertama dengan mendapat skor total 17.

    Di peringkat kedua adalah Solo dan Surabaya dengan skor total masing-masing 15, ketiga Denpasar dengan skor total 14, dan keempat Malang dengan skor total 13. Kemudian, peringkat kelima Bandung dan Yogyakarta dengan skor total masing-masing 12.

    Peringkat enam Jakarta dengan skor total 10, tujuh Medan dengan skor total 9, dan terakhir atau peringkat delapan adalah Makassar dengan skor total 7.

    Dalam laporan penelitiannya, tim riset yang dipimpin Hafid hendak menjawab masalah kota-kota mana saja yang layak disebut sebagai Kota Mahasiswa. Tujuan penelitian itu sendiri untuk menentukan pemeringkatan kota yang layak disebut sebagai kota mahasiswa terbaik di tanah air pada 2020.

    Pada kesimpulan penelitiannya, Hafid dkk berharap pemeringkatan kota mahasiswa ini memberi manfaat luas bagi siswa yang ingin menentukan tempat mengenyam bangku perkuliahan kelak. Kemudian hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran kepada setiap kepala daerah untuk mewujudkan daerahnya menjadi kota yang ramah terhadap kehidupan akademik.

    Demikian pula, Kementerian Dalam Negeri juga diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk menetapkan kebijakan pembangunan perkotaan agar sesuai dengan kriteria sebagai kota yang layak disebut sebagai kota mahasiswa.

    "Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diharapkan dalam melakukan standarisasi dan pembinaan kepada seluruh perguruan tinggi di tanah air agar dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk mendorong setiap perguruan tinggi berlomba-lomba meningkatkan status akreditasinya untuk menjadikan kotanya sebagai kota mahasiswa," demikian penutup pada kesimpulan Studi Pemeringkatan Kota-kota Mahasiswa di Indonesia 2020 tersebut.

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Prasasti di UNJ dan Gagasan Sukarno soal Kota Mahasiswa
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar