Cara Manusia Menghindari Godaan Setan

Daftar Isi


    Foto: Ilustrasi ancaman setan. (Viva)

     

    Lancang Kuning – Allah SWT, memberi ujian dan cobaan kepada setiap manusia, dengan kadar yang diterima tentunya berbeda-beda. Ada yang berat, sedang, dan ringan. 

    Harta yang melimpah, jabatan yang tinggi, kehormatan, pada dasarnya merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT. Sehingga, jalan panjang manusia dalam meniti kehidupan, tentulah banyak onak dan duri.

    Baca juga:  Tempat Wisata di Riau 

    Fitrah manusia untuk mengikuti kata hatinya, agar menjalani kehidupan yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT, kerap diganggu godaan setan. Nah, godaan setan merupakan salah satu ujian yang berat yang diberikan Allah kepada manusia. 

    Baca juga:  Makanan Khas Pekanbaru

    Simaklah janji iblis kepada Allah SWT, setelah diusir dari surga karena menolak sujud kepada Nabi Adam AS.

    قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
    "Ia (iblis) berkata: "Disebabkan karena Engkau telah menyesatkan saya, aku benar-benar akan duduk (menghadapi) mereka di jalan Engkau yang lebar lagi lurus. Kemudian, aku pasti akan mendatangi mereka dari depan dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan, Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur." (QS al-A"raf: 16-17)

    Baca juga:  Ngeri, Tentara Korea Utara Bunuh dan Bakar Mayat Pejabat Korsel

    Prof Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah, seperti dikutip Sahijab dari Republika.co.id, menjelaskan bahwa kata "duduk" yang diungkapkan iblis dalam ayat tersebut, menunjukkan kesungguhan, sekaligus kesadaran akan kemampuannya. Menurut Quraish, setan memilih duduk dalam ucapannya yang bernada sumpah itu agar merasa senang.
     

    Baca juga:  Danpasmar Brigjen TNI Edy Juardi Lepas Hantu Laut Penjaga Perbatasan

    Ia ingin menggoda dan menjerumuskan manusia setiap saat, tanpa letih atau bosan. Setan selalu awas dan aktif setiap saat. Penyebutan keempat arah iblis datang untuk menggambarkan dia menggunakan segala cara, tempat, dan kesempatan untuk menjerumuskan manusia.

    Untuk melawan godaan iblis atau menghindari godaan setan, Allah SWT melalui Rasulullah SAW mensyariatkan kepada kita untuk membaca surat Al-Fatihah setiap melakukan sholat. Dalam sehari, setidaknya kita membacanya 17 kali.

    Ada satu ayat dalam surat tersebut yang bermakna, agar kita mendapatkan hidayah. "Ihdina as-shirath al-mustaqim." Pertanyaannya ialah, apa yang dimaksud dengan ihdina as-shirath al-mustaqim?

    Secara tekstual, ayat keenam dari QS Al-Fatihah itu berarti, "tunjukkan kami jalan yang lurus". 

    Ustadz Adi Hidayat dalam salah satu kajiannya, membagi ayat ini menjadi dua bagian. Pertama, yakni Ihdhina. Di dalam bahasa Arab, kalimat ini merupakan fi"il "amr yang berfungsi sebagai permohonan. Ihdhina berasal dari kata hidayah. Jamaknya disebut hudan.

    Menurut dia, hidayah tak sebatas mengandung satu makna. "Maknanya bisa satu, dua, tiga atau empat. Kalau semua (hidayah) dikumpulkan, maka menjadi jamak dan disebut dengan hudan," kata dia.

    Dia menjelaskan, Allah SWT menerangkan kepada seluruh hamba-Nya, permohonan utama seorang hamba adalah hidayah. Hidayah itu akan mengantarkan hamba kepada tingkat tertinggi dalam kehidupan.

    Secara bahasa, dia pun menjelaskan, beberapa makna hidayah. Salah satunya, yakni adh-dhilalah. Artinya, bimbingan Allah lewat hati dengan lembut. Dia mengajak kita untuk sampai kepada kebenaran. Hidayah juga dimaknai sebagai semua bentuk kebajikan yang diharapkan. Kesuksesan, kebahagiaan hingga rumah tangga tenang. Tidak hanya itu, hidayah bisa dimaknai dari sumbernya. Sumber hidayah yakni Allah, Alquran, dan Rasulullah SAW.

    Hidayah bukanlah monopoli orang Muslim. Allah SWT memiliki otoritas penuh menentukan kepada siapa hidayah tersebut diberikan. "Barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada seorang pun dapat memberinya petunjuk. Dan, barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorang pun dapat menyesatkannya…" (QS az-Zumar [39]: 36-37)

    Dalam menafsirkan ayat ini, Sayyid Qutb menjelaskan, Dia mengetahui siapa yang berhak menerima kesesatan, lalu Dia menyesatkannya. Dan, Dia mengetahui siapa yang berhak menerima petunjuk, lalu Dia menunjukkannya. Jika Dia telah memutuskan, tidak ada yang dapat mengubah apa yang dikehendaki-Nya.

    Hak ini yang harus kita raih, agar layak mendapatkannya. Setelah meraihnya, dekap lah dia jangan sampai lepas. Sungguh mahal untuk bisa kembali ke kampung akhirat dengan status husnul khatimah. Wallahu a’lam. (LK)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Cara Manusia Menghindari Godaan Setan
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar