Lina, Mantan Istri Sule Meninggal Dunia, Benarkah Asam Lambung Berisiko Kematian?

Daftar Isi

    Lancangkuning.com - Mantan istri Sule yakni Lina Jubaedah menghembuskan nafas terakhirnya Sabtu, 4 Januari 2020. Lina meninggal dunia di Bandung pada pukul 05.30 WIB. Suami Lina, Teddy mengungkapkan bahwa ibu dari Rizky Febian itu meninggal dunia karena penyakit lambung.

    "Jadi asam lambungnya naik, jadi sesak napas," kata Teddy.

    Bantah meninggal karena serangan jantung

    Teddy pun membantah kabar yang menyebut bahwa istrinya meninggal dunia lantaran serangan jantung. Menurut Teddy hasil pemeriksaan terhadap Lina menyatakan bahwa jantungnya bersih dan tak ada flek. 

    "Kalau serangan jantung, jantungnya kemarin udah di USG, itu semua bersih. Enggak ada flek, enggak ada apa-apa," papar Teddy.

    Bagaimana asam lambung bisa sebabkan kematian?

    Lantas, bagaimana asam lambung bisa menyebabkan sesak napas hingga kematian?

    Asam lambung yang naik ke kerongkongan disebut juga dengan istilah gastroesofagheal reflux disease (GERD). Kondisi ini kemudian dapat menyebabkan nyeri dada dan pasien akan merasakan sensasi terbakar di dadanya atau dikenal dengan istilah heartburn

     

    GERD jarang ditangani dengan serius

    Sementara itu, terkait GERD ini sendiri, dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH mengungkapkan bahwa nyeri di dada biasanya diikuti dengan mulut pahit. Hal ini dikarenakan ada asam yang naik ke tenggorokan (regurgitasi).

    Asam lambung naik atau GERD sendiri ternyata bukanlah penyakit langka. Sebuah situs kesehatan Health Line, pernah menyebut ada sekitar 60 persen populasi orang dewasa di dunia yang berpotensi mengalami masalah asam lambung. Karena banyaknya pasien yang mengalami asam lambung, penyakit ini pun kerap disepelekan dan tak ditangani dengan serius. 

    Padahal menurut dr Ari, GERD sendiri dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Hal ini karena asam lambung yang naik tersebut dapat menyebabkan luka pada dinding di dalam kerongkongan. Luka tersebut bisa meluas dan menyebabkan penyempitan pada kerongkongan bawah. Bahkan, GERD dapat menyebabkan perubahan struktur dari dinding dalam kerongkongan yang menyebabkan terjadinya penyakit Barrett’s yang merupakan lesi pra-kanker. 

    Sementara itu, di luar saluran cerna, asam lambung yang tinggi dapat menyebar ke gigi (erosi dental), tenggorokan (faringitis kronis), sinus (sinusitis), pita suara (laringitis), saluran pernapasan bawah (asma), bahkan sampai paru-paru (fibrosis paru idiopatik).

    Tak jarang juga kematian yang dipicu oleh asam lambung. Pada tahun 2004 lalu di Amerika Serikat, tercatat ada sekitar 1.150 kematian yang disebabkan oleh asam lambung.

    Deteksi GERD dengan kuesioner

    Penyakit GERD sendiri ternyata bisa dideteksi dengan menggunakan kuesioner GERD. Total skor yang nantinya akan didapat bisa menjadi deteksi dini bahwa seseorang tersebut menderita GERD atau tidak. Jika nilai kurang dari 8, kemungkinan tidak menderita GERD, namun, jika > atau = 8 kemungkinan menderita GERD. Kuesioner GERD sendiri terdiri dari enam pertanyaan.

    Dua pertanyaan pertama merupakan pertanyaan positif tentang adanya GERD, yaitu panas dada, seperti terbakar (heartburn) dan adanya sesuatu yang balik arah (regurgitasi). Sementara pertanyaan negatif adalah adanya nyeri ulu hati dan mual. Sementara itu, untuk dua pertanyaan terakhir dari kuesioner ini adalah gangguan tidur dan obat yang diberikan untuk mengatasi keluhan tersebut. 

    Poin didasarkan dari frekuensi kejadian dari pertanyaan yang ada setiap harinya dalam 1 minggu. Untuk mengetahui apakah seseorang menderita GERD, anda bisa mengklik link berikut: www.surveymonkey.com/s/gerdq . 

    Tata laksana pengobatan GERD

    Sementara itu, lebih lanjut, dr. Ari mengatakan bahwa prinsip utama untuk mengobati pasien GERD adalah dengan menghilangkan gejalanya. Bukan hanya itu dr. Ari juga mengatakan pengobatan lainnya adalah dengan mencegah terjadinya komplikasi. 

    "Prinsip utama mengobati pasien GERD adalah menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi," kata dr. Ari.

    Sementara itu, untuk tata laksana penyakit GERD bisa berupa tata laksana non-obat/perubahan gaya hidup dan tata laksana obat-obatan.
     

    Tata laksana non obat yaitu perubahan gaya hidup

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk tata laksana non-obat pasien GERD, diantaranya adalah:

    1. Menghindari konsumsi daging secara berlebihan dalam waktu singkat, tetap mengonsumsi sayur dan buah-buahan.

    2. Menghindari konsumsi secara bersamaan antara daging dan jeroan, seperti usus, otak, hati, paru, atau limpa.

    3. Jangan tidur dalam waktu 2 jam setelah makan. Langsung tidur setelah makan akan memudahkan isi lambung, termasuk asam lambung, akan berbalik arah kembali ke kerongkongan.

    4. Hindari makanan yang terlalu asam dan pedas.

    5. Hindari minum kopi, alkohol, atau minuman bersoda yang akan memperburuk timbulnya GERD tersebut.

    6. Hindari makanan yang mengandung cokelat dan keju.

    7. Menghindari stres.

    8. Mengontrol berat badan sampai mencapai berat badan ideal.

    Beberapa data dari hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa pada pasien yang memang sudah mengalami GERD jika mengonsumsi daging yang berlebih dan langsung tidur akan menyebabkan timbulnya panas di dada pada 4 dari 5 kasus GERD.

     

    Tata laksana obat-obatan

    Obat yang bisa diberikan untuk pasien GERD adalah obat yang diberikan terutama obat-obat yang memproduksi asam lambung atau dikenal sebagai anti-sekresi asam lambung. Obat-obat kelompok ini terdiri dari dua kelompok obat, yaitu penghambat reseptor H2 (antagonis H2 reseptor) antara lain, ranitidin, famotidin, nizatidin, atau simetidin.

    Kelompok kedua yang termasuk obat anti asam yang kuat, yaitu penghambat pompa proton, seperti omeprazol, lansoprazol, rabeprazol, esomeprazol, atau pantoprazol. Antasida obat penetral asam juga sudah banyak dijual secara bebas yang bisa digunakan untuk mengurangi gejala akibat GERD tersebut.

    9 dari 9 halaman

    Nyeri dada tak melulu sakit jantung

    Ternyata nyeri dada sendiri tak selalu disebabkan oleh sakit jantung, seperti yang selama ini diketahui. Sementara itu, serangan jantung ternyata juga tak selalu didahului dengan sakit dada. Karena nyeri pada ulu hati juga bisa termasuk gejala awal serangan jantung. 

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Lina, Mantan Istri Sule Meninggal Dunia, Benarkah Asam Lambung Berisiko Kematian?
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar