Atasi Kekeringan, Global Wakaf Gunungkidul Sudah Bangun 16 Sumur

Daftar Isi

     

    Foto: Dok. ACT

    LancangKuning.Com, GUNUNGKIDUL – Bangunan persegi dengan dominasi cat hijau-oranye meyambut di depan musala Desa Grogol, Kecamatan Paliyan, Gunungkidul, DI Yogyakarta. Suasana sekitar bangunan musala itu gersang, kemarau sedang melanda daerah di timur Kota Yogyakarta ini. Sungai depan musala pun kering, tak ada air yang mengaliri.

    Bangunan persegi itu merupakan tempat penampungan air yang berasal dari Sumur Wakaf yang berada tepat di depan musala. Sumur Wakaf dari Global Wakaf yang dibangun pada 2018 silam itu, hingga kini masih terus mengalir. Bahkan, kemarau yang tiap tahun melanda Gunungkidul tak mempengaruhi pasokan air dari sumur.

    Winarno, salah satu warga yang juga anggota Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) mengatakan, kemarau seperti sekarang tak mempengaruhi intensitas air yang keluar. Pengeboran sumur yang cukup dalam memungkinkan air dapat terus keluar.

    “Sumur ini sangat bermanfaat bagi warga sekitar, terlebih saat kemarau seperti sekarang ini,” ungkap WInarno, Selasa (20/8/2019).

    Dari penampungan air Sumur Wakaf itu, terlihat pipa putih yang memanjang ke arah permukiman warga. Selain menyediakan air bagi jemaah musala, warga sekitar musala Dusun Karangmojo, Desa Grogol, Kecamatan Paliyan juga memanfaatkan air dari Sumur Wakaf.

    Mereka mengalirkan air menggunakan pipa-pipa yang mencapai puluhan hingga ratusan meter dari sumber air di Sumur Wakaf hingga ke kamar mandi di rumah mereka masing-masing.
    Sri, salah satu warga dusun yang memanikmati air Sumur Wakaf mengatakan, sejak adanya sumur pada tahun 2018 hingga sekarang, ia tak perlu mengkhawatirkan krisis air. Air sumur tak mengering, walau kemarau tiba.

    “Air ini ya untuk mandi, mencuci, juga konsumsi. Puluhan kepala keluarga memakai air dari Sumur Wakaf, jadi enggak usah terlalu khawatir kalau musim kemarau sekarang ini,” ungkap Sri, Senin (12/8).

    Sulit sumber air Masih di Paliyan, hanya terpaut desa, tepatnya di Desa Pengos, ratusan kepala keluarga kini harus merasakan dampak kekeringan. Di desa mereka tak ada sumur. Wilayah yang terdiri dari bebatuan karst membuat sumber air berada di titik yang sangat dalam dari tanah.

    Karmujiyanto, warga Desa Pengos mengatakan, di desanya pernah ada usaha untuk pengeboran sumur. Akan tetapi, hingga kedalaman 85 meter, masih belum ditemukan sumber air. Ia menjelaskan, kemungkinan sumber air berada di kedalaman 100 meter, bahkan lebih dari itu.

    “Di Gunungkidul ini sumber air sangat susah dan dalam. Sumber air kemungkinan ada di sungai bawah tanah yang posisinya sangat dalam. Untuk membuat sumur yang cukup dalam perlu biaya yang besar juga, warga di sini belum ada yang mampu untuk itu,” jelas Karmujiyanto.

    Di hari Senin (12/8) siang itu, ACT DI Yogyakarta mendistribusikan 4 ribu liter air bersih bagi warga Pengos. Menggunakan Humanity Water Tank, nantinya program ini akan menjadi agenda rutin.

    Kharis Pradana dari ACT DI Yogyakarta, Jumat (16/8), mengatakan, desa-desa di Gunungkidul tiap harinya akan mendapatkan kiriman air bersih dari ACT. Per hari, ACT akan memasok 16-20 ribu liter bagi warga terdampak kekeringan.

    “Lima hari dalam sepekan, ACT akan rutin mengirimkan air bersih. Setiap harinya hingga 20 ribu liter bisa kami kirimkan. Ketersediaan armada sendiri dari ACT DI Yogyakarta memudahkan pendistribusian air bersih ini,” jelas Kharis. (LKC)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Atasi Kekeringan, Global Wakaf Gunungkidul Sudah Bangun 16 Sumur
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar