Dari Pohon Darah Naga hingga Tempat Tinggal Dajjal, Ini Pesona Mistis Pulau Socotra

Keindahan Pulau Socotra, (ft:beautynesia.id)

LANCANGKUNING.COM,Jakarta-Pntai timur laut Yaman, telah lama menyita perhatian dunia-bukan hanya karena keindahan alamnya yang bak dari planet lain, tetapi juga karena kisah-kisah mistis yang menyelimutinya. Beberapa orang meyakini bahwa pulau ini adalah lokasi rahasia di mana Dajjal berada dalam persembunyian, sementara yang lain terpesona oleh bentang alam dan keanekaragaman hayatinya yang sangat unik.

Di antara legenda yang berkembang: pulau ini disebut sebagai tempat “alien” atau bahkan markas persembunyian Dajjal. Dalam sebuah tulisan di detik.com disebutkan bahwa hal ini dilatarbelakangi oleh kisah-kisah aneh, seperti pohon yang menghasilkan cairan menyerupai darah dan hutan kemenyan yang misterius. Legenda ini membuat banyak orang mempertanyakan: mengapa sebuah pulau yang tampak jauh dari hiruk-pikuk dunia bisa dimaknai sedemikian rupa?

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa Socotra bukan sekadar bahan cerita — ia adalah kawasan yang benar-benar luar biasa secara biologis. Pulau ini tercatat memiliki sekitar 700 spesies endemik, termasuk pohon “darah naga” (dragon’s blood tree) yang damar merahnya sempat menjadi komoditi ekspor utama. Karena kekayaan hayatinya, pada 2008 pulau ini resmi ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Standar perlindungan pun diberlakukan untuk menjaga keaslian ekosistemnya yang sangat rentan terhadap perubahan manusia.

Dari sudut sejarah, Socotra juga tak kalah kaya. Pulau ini pernah menjadi pusat perdagangan kuno, tempat orang-orang dari Roma, Yunani, Mesir bahkan India menjalin relasi melalui jalur laut. Salah satu komoditi yang terkenal adalah kemenyan dan resin merah dari pohon endemik yang disebut “darah naga”. Selain itu, terdapat sebuah benteng kuno bernama Benteng Jebel Hawari yang diduga berasal dari abad ke-8 Masehi — menjadikannya salah satu peninggalan era Islam yang paling tua di kawasan ini.

Pulau Socotra di Yaman jadi objek wisata pilihan dan menarik. (Foto: Shutterstock/Readytraveler-Inews.id)

Dalam salah satu peperangan pada tahun 1507, Portugis bertempur di bawah benteng tersebut melawan pasukan setia Syekh Mahri dari Qishn, pantai timur Yaman. Motifnya adalah menguasai jalur perdagangan di Laut Merah dan sekitarnya. Arkeolog seperti Julian Jansen van Rensburg telah melakukan penelitian mendalam dan menyimpulkan bahwa benteng ini sulit direbut karena lokasinya yang strategis dan medan yang menantang.

Kembali ke ranah legenda, keyakinan bahwa Dajjal bersembunyi di Socotra berakar pada sejumlah narasi keagamaan dan folklore. Dalam tradisi Islam disebut-kan bahwa Dajjal akan muncul sebagai tanda besar menjelang Kiamat, namun lokasinya secara pasti tidak dijabarkan secara autentik dalam hadits yang kuat. Beberapa tulisan komunitas daring menyematkan Socotra sebagai salah satu kandidat lokasi persembunyian tersebut, meskipun tak ada bukti ilmiah yang mendukungnya. Misalnya, diskusi daring menyatakan:

"Namun hal tersebut tetap masuk dalam ranah spekulasi dan bukan keterangan resmi dari literatur hadis yang otoritatif,".

Untuk sebagian orang, aura “alien” yang melekat pada Socotra-dari bentuk batuan yang ganjil, pohon-pohon yang tampak seperti lukisan surealis, hingga pulau yang sulit dijangkau-memperkuat kesan tempat ini sebagai lokasi luar-biasa dan misteri. Seorang penulis perjalanan pernah menyebutnya sebagai “most alien-looking place on Earth”. 

Namun, bagaimana pun juga, Socotra lebih dari sekadar legenda. Pulau ini menghadapi tantangan besar: dari perubahan iklim, tekanan pariwisata, hingga konflik di Yaman yang dapat berdampak pada perlindungannya. Artikel dari IWMF (The Island of Myth and Longing) menyoroti bahwa Socotra kini berada di persimpangan antara menjaga integritas alamnya dan menanggapi kebutuhan pembangunan serta akses bagi manusia.(rie)