Daftar Isi
Foto: Ilustrasi sepakbola
LancangKuning.Com – Skandal mafia bola sedang membuat heboh persepakbolaan Indonesia. Kasus pengaturan skor kembali menyeruak dan bahkan melibatkan pejabat-pejabat elite PSSI, pengurus klub, hingga instrumen pertandingan lain.
Skandal semacam ini sebenarnya bukan barang baru di dunia sepakbola Eropa. Dilansir berbagai sumber/Viva.co, mafia bola pernah menyerang tiga liga elite Benua Biru, yakni Italia, Prancis, dan Inggris.
Kasus menghebohkan terjadi di sepakbola Italia pada 2006 silam. Skandal yang terkenal dengan sebutan Calciopoli ini melibatkan Juventus yang berstatus sebagai juara Serie A, dan juga tim-tim besar lainnya, yakni AC Milan, Fiorentina, Lazio, dan Reggina.
Skandal bermula saat transkrip percakapan telepon diterbitkan oleh surat kabar Italia. Direktur Juventus saat itu, Luciano Moggi dan Antonio Giraudo melakukan percakapan dengan beberapa pejabat dari sepakbola Italia untuk mempengaruhi penunjukan wasit.
Luciano Moggi
Klub-klub yang terlibat dalam skandal ini mendapatkan hukuman berat. Juve menjadi tim yang mendapatkan sanksi paling berat. Dua Scudetto Serie A Bianconeri di musim 2004-05 dan 2005-06 dicabut. Mereka juga harus rela didegradasi ke Serie B sekaligus mendapatkan hukuman pengurangan poin.
Sementara itu, Milan, Fiorentina, Lazio dan Reggina, tetap tampil di Serie A. Namun, mereka harus menerima hukuman pengurangan poin di musim selanjutnya. Sementara itu, Moggi yang menjadi aktor utama Calciopoli mendapatkan sanksi seumur hidup dari sepakbola.
Skandal mirip juga terjadi di Prancis, yang melibatkan tim raksasa, Olympique Marseille. Di musim 1992-93, Marseille akan berhadapan dengan AC Milan di final Liga Champions. Mereka juga tinggal selangkah lagi menjuarai Ligue 1, dan akan menghadapi Valenciennes.
Marseille akhirnya menjuarai Ligue 1 usai menekuk Valenciennes 1-0. Mereka juga menjuarai Liga Champions usai menekuk Milan 1-0.
Namun, belakangan, pemain Valenciennes, Jacques Glassmann, mengaku telah diminta mengalah oleh Marseille. Valenciennes juga diminta bermain santai dan tak membuat pemain Marseille cedera, karena akan tampil di final Liga Champions.
Presiden Marseille saat itu, Bernard Tapie dinyatakan bersalah dan dihukum penjara dua tahun. Gelar Ligue 1 Marseille dicabut, mereka juga dilarang tampil di Liga Champions, Piala Super Eropa, dan Piala Intercontinental 1993-94.
Di Inggris, mafia bola bahan sudah terjadi seabad silam, tepatnya pada 1915. Yang menarik, skandal melibatkan tim dengan rivalitas tinggi, Liverpool dan Manchester United di kasta teratas Liga Inggris.
Saat itu, MU butuh poin karena terancam terdegradasi. Sedangkan Liverpool sudah tak memiliki kepentingan apapun. MU akhirnya menang 2-0, tapi banyak hal yang mencurigakan.
Salah satunya adalah saat tendangan pemain Liverpool, Fred Pagnam hampir masuk dan mengenai mistar gawang. Para pemain The Reds malah memprotes Pagnam yang berupaya membobol gawang Setan Merah.
Setelah Federasi Sepakbola Inggris (FA) melakukan penyelidikan, ada tujuh pemain dari kedua tim yang terlibat dalam skandal pengaturan skor dan telah bekerjasama dengan perusahaan judi. Mereka adalah Sandy Turnbull, Arthur Whalley dan Enoch West dari MU, serta Jackie Sheldon, Tom Miller, Bob Pursell dan Thomas Fairfoul dari Liverpool. Mereka semua pada akhirnya diputuskan bersalah oleh FA dan dihukum larangan bermain seumur hidup.
Tiga kasus menghebohkan itu hanya sebagai contoh bahwa mafia bola juga terjadi di Eropa yang sepakbolanya lebih maju. Mereka bisa datang kapan pun dan bahkan melibatkan klub-klub besar. (LKC)
Komentar