Etika Penyiaran

Daftar Isi

    LancangKuning - Etika penyiaran bisa dimaksud sebagai ilmu menimpa norma tentang baik serta kurang baik dalam aktivitas pemancar luasan siaran lewat media radio maupun tv ataupun media yang lain buat diterima secara serentak oleh warga lewat fitur penerima siaran.

    Banyaknya program penyiaran yang dikeluhkan warga serta pula menemukan teguran KPI meyakinkan bila kelayakan isi siaran di Indonesia sesungguhnya masih relatif rendah. KPI ialah bentuk kedudukan dan warga berperan mewadahi aspirasi dan mewakili kepentingan warga hendak penyiaran wajib meningkatkan program- program kerja sampai akhir kerja dengan senantiasa mencermati tujuan yang diamanatkan Undang- undang No 32 tahun 2002 Pasal 3:“” Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan buat memperkukuh integrasi nasional, terbit nya sifat serta jati diri bangsa yang beriman serta bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan universal, dalam rangka membangun warga yang mandiri, demokratis, adil, serta sejahtera, dan meningkatkan industri penyiaran Indonesia””.

    etika penyiaran menurut pandangan Islam di antaranya adalah sebagai berikut:

    1. Menggunakan cara yang bijaksana( hikmah). Dalam menyiarkan informasi, baik informasi keagamaan hendaknya dengan cara yang bijaksana( QS. an- Nahl ayat 125). Yang diartikan dengan hikmah dalam konteks ini adalah mencermati waktu, tempat, serta keadaan warga, tercantum frame of reference mereka.

    2. Pelajaran ataupun pembelajaran yang baik. Isi siaran sebaiknya memiliki nilai pembelajaran yang baik, mendesak manusia buat maju, hidup saleh, sejahtera, mempunyai budi pekerti yang luhur, serta lain - lain watak yang mulia, sebagaimana tersirat pada ayat di atas.

    3. Bertukar pikiran. Cocok ayat di atas, orang mengantarkan data dapat pula dicoba lewat ubah pikiran( diskusi) dengan metode yang baik, misalnya lewat talks show.

    4. Mengantarkan kabar/ data yang benar. Kabar/ data yang di informasikan kepada warga sebaiknya suatu yang benar, yang bersih dari penipuan dari kebohongan. Oleh sebab itu para peliput kabar ataupun data sebaiknya berperan cermat dalam melakukan tugas jurnalistik nya. Kalau ada informasi yang belum jelas hendaknya di klarifikasi( QS aI - Hujurat ayat 6).

    5. Membagikan hiburan serta peringatan. Mengantarkan data keagamaan ataupun juga data universal, sebaiknya terdapat aspek hiburannya. Di samping itu hendaknya juga disertai peringatan kepada audiens agar jangan sampai melakukan perbuatan tercela, atau melanggar aturan yang berlaku( QS. al- Baqarah ayat 119).

    6. Dilarang memfitnah. Jurnal RISALAH, FDK- UIN Suska Riau, vol. XXIV, Edisi 2, November 2013 35 Fitnah adalah ucapan, tulisan, atau foto yang menjelekkan orang lain, seperti menodai nama baik, atau merugikan kehormatan orang lain. Islam melarang perbuatan memfitnah( QS. al- Baqarah ayat 191).

    7. Dilarang membuka ataupun menyiarkan aib orang lain. Jangan kegiatan infotainment di beber kan rahasia individu dari para selebritis, yang tidak- tidak sering di beber kan kejelekan mereka. Dalam suatu Hadis, Nabi melarang penyampaian data yang demikian( ghibah), kecuali buat menguak kezaliman.

    8. Dilarang mengadu domba. Nabi pula melarang perbuatan mengadu domba( namimah) antara seorang/ sekelompok orang dengan orang/ kelompok orang lain, sebab bisa memunculkan perpecahan serta mala petaka yang lain.

    9. Menyuruh berbuat baik serta menghindari berbuat jahat. Intisari yang seharusnya menjiwai seluruh kegiatan komunikasi adalah menyuruh orang untuk berbuat kebaikan dan mencegah mereka dari perbuatan jahat, yang dikenal dengan istilah amar makruf nahi munkar( QS. ali lmran ayat 104). Tercantum perbuatan munkar merupakan menyiarkan hal- hal yang bertabiat pornografi serta pornoaksi.

    Dewan Pimpinan MUI Pusat, Jakarta, dalam fatwanya Nomor 287 Tahun 2001 antara lain melaporkan: Menggambarkan, secara langsung ataupun tidak langsung, tingkah laku secara erotis, baik dengan lukisan, foto, tulisan, suara, reklame, iklan, ataupun perkataan, baik lewat media cetak maupun elektronik yang bisa membangkitkan nafsu birahi merupakan haram.

    Kesimpulan

    media massa sebagai sarana penyiaran di Indonesia ialah perihal telah lekat di dalam kehidupan warga. Media massa yang berbentuk tv serta radio tidak dapat lepas dari kehidupan manusia. Bermacam riset menampilkan kalau tv paling utama fasilitas sangat yang kerap digunakan orang dalam mendapatkan data. Serta pada kesimpulannya media massa unggul dalam penyampaian data di dunia. Di tengah sengitnya persaingan antara industri media massa dalam mendapatkan atensi warga, media massa guna setelah meningkatkan serta membagikan beberapa kedudukan di dalam kehidupan manusia sehingga perihal tersebut bisa pengaruhi nilai- nilai, agama, moral, serta etika. Tv menyajikan seluruh suatu yang menarik atensi pemirsanya. Seluruh tipe program dengan bermacam segmen ada di dalamnya.

    Dari siaran berbau mistik/ takhayul dan kekerasan, siaran religi, kabar, program anak, sampai siaran untuk orang dewa sayang berbau pornografi( meski telah di sensor) termuat dalam siaran tv. Sebagian pengamat tv menyangka kalau program- program yang disiarkan di kala ini telah melampaui batasan. Oleh karenanya, dibutuhkan atensi serta kontrol yang sungguh- sungguh, baik dari pemerintah, Komisi Penyiaran Indonesia( KPI), ataupun dari warga itu sendiri supaya bisa senantiasa di garis ketentuan - ketentuan yang sudah di tetapkan. Pada pasal 48 ayat 4 di undang– undang penyiaran tahun 2002 jelas dikatakan pedoman sikap penyiaran memastikan standar isi siaran yang sekurang- kurangnya berkaitan dengan:

    1. Rasa hormat terhadap pemikiran agama.

    2. Rasa hormat terhadap perihal individu.

    3. Kesopanan serta ke susila an.

    4. Pembatasan adegan seks, kekerasan, serta sadism.

    5. Proteksi terhadap anak– anak, anak muda, serta wanita. 36 Harian RISALAH, FDK- UIN Suska Riau, vol. XXIV, Edisi 2, November 2013

    6. Penggolongan program dicoba bagi umur khalayak.

    7. Penyiaran program dalam bahasa asing.

    8. Siaran langsung, dan

    9. Siaran iklan. (adi)

     

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Etika Penyiaran
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar