Daftar Isi
Lancang Kuning - Citi melansir kegagalan Amerika Serikat (AS) mengatasi kesenjangan yang lebar antara warga kulit hitam dan kulit putih telah merugikan ekonomi hingga US$16 triliun dalam 20 tahun terakhir. Bank kakap yang berbasis di AS itu menyebutkan masalah ketidaksetaraan ras itu telah memicu keresahan di negeri Paman Sam.
"Masih ada sisa yang bertahan dari efek 400 tahun perbudakan penduduk kulit hitam di Amerika, meskipun banyak undang-undang memberikan akses yang sama kepada seluruh warga Amerika," ujar ekonom Citi dalam laporan 104 halaman yang dirilisnya pekan ini, Jumat (25/9).
Pandemi covid-19 bahkan memperparah masalah ketidaksetaraan ras di Amerika, usai kematian warga kulit hitam George Flyod dan Breonna Taylor. "Krisis kesehatan akibat corona dan tekanan ekonomi meningkatkan ketegangan dan ketidakadilan ras yang mendidih selama berabad-abad," tulis laporan itu.
Masalah tersebut, termasuk kasus kebrutalan polisi yang melibatkan orang kulit hitam di AS, terlalu besar untuk diabaikan. Kondisi ini yang akhirnya memicu ramainya protes di jalan dan bentrokan yang sempat terjadi awal tahun.
Karenanya, meskipun AS telah mengambil langkah penanganan ketidaksetaraan ras, temuan Citi mengungkap bahwa masih ada kesenjangan yang besar hingga saat ini. Salah satunya, orang kulit putih memiliki kekayaan 8 kali lebih banyak dibandingkan orang kulit hitam.
Tidak hanya itu, tingkat kepemilikan rumah di AS pun sangat timpang. 80 persen orang kulit putih memiliki tempat tinggal, sedangkan orang kulit hitam hanya 47 persen dari total populasi.
Kemudian, tingkat pendapatan pria kulit hitam lebih rendah dibandingkan kulit putih. Sebagai gambaran, pria kulit hitam berusia 45-49 tahun hanya mengantongi US$43.849, sedangkan pria kulit putih berusia 50-54 tahun bisa membawa pulang US$66.250.
Total kekayaan yang dimiliki miliarder AS yang sebesar US$3,5 triliun, sama dengan tiga perempat dari total kekayaan orang kulit hitam yang sebanyak US$4,6 triliun.
Belum lagi kenyataan pahit lain, orang kulit hitam lima kali lebih mungkin dipenjara daripada orang kulit putih. Buktinya, penjara diisi oleh 33 persen orang kulit hitam.
"Ketidakadilan sosial telah memanifestasikan dirinya menjadi biaya ekonomi, yang telah merugikan banyak individu, keluarga, komunitas, dan akhirnya pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi AS," tulis laporan Citi.
Berkaca dari laporan tersebut, Citi pun menginvestasikan dana US$1,15 miliar atau setara Rp17,25 triliun (kurs Rp15 ribu per dolar AS) untuk menutup kesenjangan kekayaan orang kulit hitam. Program ini bakal menggelontorkan kredit modal kerja, kredit perumahan, hingga investasi.
Dari total dana US$1,15 miliar tersebut, di antaranya US$550 juta akan digunakan untuk membantu orang kulit berwarna membeli rumah dengan harga terjangkau. Rumah itu pun dibangun oleh pengembang minoritas.
Kemudian, US$350 juta di antaranya akan digunakan untuk pengadaan bisnis orang-orang kulit hitam. Citi bertujuan memajukan kesetaraan ras di AS dan memberikan akses perbankan dan kredit ke orang-orang kulit hitam.
CEO Citigroup Michael Corbat mengatakan menutup kesenjangan kekayaan orang kulit berwarna penting untuk menciptakan masyarakat adil dan inklusif.
"Ini adalah momen untuk berdiri dan diperhitungkan dan Citi berkomitmen untuk memimpin dan berinvestasi dalam komunitas kulit berwarna untuk membangun kekayaan dan masa depan keuangan yang kuat," ujarnya dalam pernyataan.
Karenanya, Citi juga menambah hibah US$100 juta untuk meningkatkan pendapatan bank atau lembaga simpanan milik minoritas. Hibah US$100 juta lainnya juga akan diberikan kepada agen perubahan komunitas lokal. "Dan US$ 50 juta sisanya akan diberikan sebagai modal investasi kepada pengusaha kulit hitam," terang Corbat.
Komentar