Daftar Isi
Lancang Kuning - Harga minyak mentah dunia melanjutkan penguatan sekitar 2 persen pada akhir perdagangan Kamis (17/9), waktu Amerika Serikat. Harga minyak naik karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) berencana menindak negara produsen yang tidak mematuhi kebijakan pemangkasan produksi.
Dilansir dari Antara, Jumat (18/9), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November meroket US$1,08 atawa 2,56 persen menjadi US$43,3 per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober naik 81 sen atau 2,02 persen menjadi US$40,97 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sebelumnya, harga minyak yang tertekan di awal pekan berhasil berbalik menguat hingga 4 persen karena terangkat sentimen penurunan produksi di kilang-kilang minyak AS yang terimbas Badai Sally. Namun saat ini, penguatan harga minyak mendapat sentimen baru dari pernyataan OPEC.
Baca Juga: Tempat Wisata di Riau
Salah satunya, OPEC berencana menindak negara produsen yang belum menindaklanjuti kesepakatan pemangkasan produksi yang diputus saat awal pandemi virus corona atau covid-19 merebak.
Panel produsen utama termasuk Arab Saudi dan Rusia disebut tidak merekomendasikan perubahan apa pun pada target pengurangan produksi mereka saat ini sebesar 7,7 juta barel per hari (bph).
Jumlah ini setara 8 persen dari permintaan global. Selain itu, panel juga meminta Irak, Nigeria, dan Uni Emirat Arab untuk memotong produksi lebih banyak pada Mei-Juli, namun mereka terlambat memangkasnya.
Baca Juga: Makanan Khas Pekanbaru
"Meskipun tidak ada amandemen kesepakatan pemotongan pasokan yang telah diusulkan oleh OPEC+ hari ini, kelompok produsen memberi kesan bahwa mereka tidak menutupi masalah," terang Kepala Pasar Minyak Rystad Energy, Bjornar Tonhaugen.
Sebelumnya, OPEC berharap kebijakan pemangkasan produksi minyak bisa mendongkrak harga di pasar yang terlanjur tertekan akibat berkurangnya permintaan di tengah pandemi covid-19.
Pernyataan lain dari OPEC, yaitu mereka berencana menggelar pertemuan mendesak lagi pada Oktober bila permintaan terus melemah.
Sebab, OPEC ditambah Rusia atau OPEC+ menilai permintaan akan terus tertekan kondisi pandemi covid-19, meski sudah ada tanda-tanda pemulihan ekonomi dan indikasi awal penurunan stok minyak.
Sementara di AS, produsen minyak mulai mengembalikan para pekerja mereka ke titik produksi di Teluk Meksiko usai dilibas Badai Sally selama kurang lebih 5 hari. Total, ada penurunan produksi mencapai 500 ribu barel per hari akibat badai.
Di sisi lain, harga minyak juga tertekan jumlah kasus positif virus corona di dunia mencapai 30 juta orang per Kamis (17/9). Selain itu, laporan Departemen Tenaga Kerja AS mencatat pengajuan klaim pengangguran baru turun pada pekan lalu.
Komentar