Daftar Isi
Foto: Lubang korona di ekuator Matahari.
Lancang Kuning – Habis Bumi, kini giliran Matahari mengalami fase 'lockdown'. Menurut Pakar Astronomi asal Australia, Tony Phillips, saat ini Matahari sedang memasuki fase solar minimum atau minimnya Matahari memancarkan sinar. Fase ini berpotensi menimbulkan berbagai bencana seperti gempa bumi, cuaca beku, dan kelaparan.
Baca Juga: Warga Resah Ada Sweeping Salat Tarawih, MUI Jatim: Tidak Proporsional
"Aktifitas permukaan Matahari sedang turun drastis karena berada dalam masa fase ini (lockdown). Akibatnya, sinar Matahari mengalami penurunan drastis yang ditandai dengan bintik Matahari (Sunspot) yang menghilang," kata Phillips, seperti dikutip VivaNews dari situs Pennlive, Senin, 18 Mei 2020.
Sunspot atau bintik Matahari merupakan area aktivitas magnet di permukaan Matahari. Sunspot muncul sebagai area gelap yang menjadi indikasi aktifitas Matahari, melahirkan apa yang dinamakan coronal mass ejections atau lontaran massa korona Matahari.
Baca Juga: Lelang Motor Listrik Bertandatangan Jokowi Laku Terjual dengan Harga Fantastis
Meski bintik Matahari tampak kecil, namun sebenarnya berukuran besar. Menurut Phillips, dari jumlah bintik Matahari yang ada, kondisi saat ini termasuk yang terparah dalam satu abad terakhir. Phillips menuturkan medan magnet Matahari menjadi lemah, yang memungkinkan sinar kosmik ekstra ke Tata Surya.
"Kelebihan sinar kosmik ini menimbulkan bahaya kesehatan bagi para astronot dan perubahan udara di kutub. Selain itu mempengaruhi elektro-kimia atmosfer Bumi serta bisa memicu petir," ujarnya.
Baca Juga: Makanan Khas Pekanbaru
Sementara itu, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memprediksi lockdown Matahari atau solar minimum sudah dimulai sejak April tahun ini hingga enam bulan ke depan. NASA menilai fase ini adalah akhir dari siklus 11 tahun untuk Matahari.
"Setiap 11 tahun atau lebih, bintik Matahari memudar, lalu membawa periode yang relatif tenang. Ini disebut solar minimum. Namun, bukan berarti Matahari menjadi 'tidak bergairah', tapi hanya mengubah bentuk," kata Ilmuwan NASA Dean Pesnell.
Baca Juga: Tempat Wisata di Riau
Sebuah postingan NASA tentang Perubahan Iklim Global pada Februari 2020 menegaskan 'tidak ada yang namanya Zaman Es Mini' ketika solar minimum terjadi.
Pernyataan ini menjawab beberapa pihak yang mengungkapkan lockdown Matahari bisa menyebabkan penurunan suhu global disusul bencana lainnya seperti yang pernah terjadi pada 1600-an. (LK)
Komentar