Daftar Isi
Foto: Sampel tes Virus Corona atau COVID-19. (Time.Com)
Lancang Kuning – Analisis sampel genetik dari 7500 orang yang terinfeksi COVID-19 menunjukkan bahwa virus corona baru sudah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia sejak akhir tahun lalu dan beradaptasi dengan inang manusia.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Genetika Institute University College London (UCL), menemukan hampir 200 mutasi genetik berulang dari virus corona baru, SARS-CoV-2, yang menurut para peneliti menunjukkan bagaimana itu dapat berkembang ketika menyebar pada manusia.
Profesor UCL, Francois Balloux, yang ikut memimpin penelitian mengatakan, hasilnya menunjukkan sebagian besar keragaman genetik global dari virus yang menyebabkan COVID-19, ditemukan di semua negara yang terjangkit pandemi ini.
Baca Juga: Pelabelan Masyarakat Miskin di Kota Pekanbaru Adalah Bentuk Diskriminasi
Hal itu menunjukkan, virus sudah ditularkan secara luas di seluruh dunia sejak awal pandemi ini.
"Semua virus bermutasi secara alami. Mutasi pada diri mereka sendiri bukanlah hal yang buruk dan tidak ada yang menyarankan SARS-CoV-2 bermutasi lebih cepat atau lebih lambat dari yang diperkirakan. Sejauh ini, kita tidak bisa mengatakan apakah SARS-CoV-2 menjadi lebih atau kurang mematikan dan menular," kata Balloux, dikutip Times of India, Jumat 8 Mei 2020.
Baca Juga: Mutasi Virus Corona Dikabarkan Makin Melemah, Sinyal Wabah Segera Akan Berakhir?
Menyadur ulang dari Viva, dalam studi kedua yang juga diterbitkan pada Rabu lalu, para ilmuwan di Universitas Glasgow Inggris yang juga menganalisis sampel virus SARS-CoV-2 mengatakan, temuan mereka menunjukkan bahwa pada penelitian sebelumnya ada dua jenis virus berbeda.
Baca Juga: Makanan Khas Pekanbaru
Sebuah studi pendahuluan yang dilakukan oleh para ilmuwan di China pada Maret lalu juga menyatakan ada dua jenis virus corona baru yang menyebabkan infeksi di sana, dan lebih agresif dibanding yang lain.
Baca Juga: Tempat Wisata di Riau
Tetapi analisis yang dipublikasikan dalam jurnal Virus Evolution, tim Glasgow mengatakan bahwa hanya ada satu jenis virus yang beredar.
Sebuah studi oleh para ilmuwan Perancis yang diterbitkan awal pekan ini menemukan, seorang pria di sana terinfeksi COVID-19 pada 27 Desember, hampir sebulan sebelum Perancis mengonfirmasi kasus pertamanya.
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan, kasus Perancis tidak mengejutkan. WHO saat itu juga sudah mendesak negara-negara untuk menyelidiki kasus mencurigakan lainnya.
Balloux mengatakan 198 perubahan genetik kecil atau mutasi, yang diidentifikasi oleh penelitiannya memiliki petunjuk bermanfaat bagi para peneliti yang ingin mengembangkan obat-obatan dan vaksin.
"Jika kami memfokuskan upaya kami pada bagian-bagian dari virus yang cenderung tidak bermutasi, kami memiliki peluang lebih baik untuk mengembangkan obat yang akan efektif dalam jangka panjang," tutur Balloux. (LK)
Komentar