Daftar Isi
Lancang Kuning - Seorang pasien cuci darah di RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor, Kalimantan Selatan, terpaksa melewatkan jadwal cuci darahnya. Hal itu terjadi karena ia diduga terinfeksi COVID-19 atau virus corona.
Tubuh dan wajah Panca Ernawatin, tampak lebam. Tangan dan wajah bagian kiri tampak membesar. Sejak 18 April, ia tak lagi mendapatkan tindakan cuci darah.
"Kalau hari ini tidak cuci darah berarti 3 kali (melewati jadwal)," ujar Tony R Samosir, Ketua Umum Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) kepada kumparan, Selasa (28/4).
Menurut Tony, pihaknya sudah mencoba menghubungi dirut rumah sakit tempat Panca dirawat, namun hingga kini belum mendapat respons.
"Kami juga kemarin sudah kontak kantor staf Kepresidenan agar pasien dibantu segera cuci darah," imbuh Tony.
Panca merupakan pasien cuci darah sejak 16 bulan lalu. Pada 20 April, Panca masuk ke ruang IGD RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor, Kalimantan Selatan dengan keluhan sesak napas.
Kemudian pada 21 April, Panca rencananya akan dirujuk ke RS. Ulin Banjarmasin. Ia diduga terinfeksi COVID-19 setelah hasil rapid testnya reaktif. Namun, Panca hanya mengeluhkan sesak, tanpa demam.
Reaktif adalah hasil rapid test yang menunjukkan bahwa seseorang pernah atau sedang terinfeksi virus.
Namun, saat itu Panca tak jadi rujuk. Sejak 21 April hingga kini Panca berada di ruang isolasi RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor tanpa mendapatkan perawatan cuci darah.
Menurut Tony, kasus yang menimpa Panca bukanlah yang pertama menimpa pasien cuci darah. Pada akhir Maret dan awal April, dua pasien cuci darah meninggal.
Keduanya meninggal akibat tak mendapat perawatan cuci darah karena diduga terinfeksi COVID-19.
"Terjadi di Jakarta dan Tangerang Selatan. Terlambat cuci darah karena diduga COVID. Status PDP. Hasil keluar negatif tapi pasien udah meninggal," ujar Panca.
Sumber : today.line.me
Komentar