Daftar Isi
LancangKuning - Wabah virus corona masih terus meningkat di Indonesia. Dilansir oleh Covid19.go.id, hingga Minggu (12/4/2020), total kasus positif virus corona di Indonesia mencapai 4.241 kasus. Dari kasus tersebut sebanyak 373 pasien dinyatakan meninggal dunia dan 359 sebanyak pasien dinyatakan sembuh. Kini total ada 3.509 kasus yang sedang dirawat. Meskipun kini sudah banyak kasus di Indonesia namun para pakar menyebut bahwa puncak Covid-19 ini belum terjadi.
Ada yang memprediksi akhir April hingga awal Juni 2020. Namun, meski demikian ada kabar melegakan bahwa puncak wabah corona ini bisa dengan cepat berakhir. Hal tersebut lantaran adanya gebrakan baru dan tegas dari pemerintah Indonesia guna mengurangi penyebara virus corona ini. Para Peneliti sebelumnya memaparkan puncak wabah Virus Corona atau covid-19 di Indonesia bakal terjadi pertengahan 2020, ini.
Namun, prediksi itu bisa berubah lantaran gebrakan yang dilakukan jajaran BUMN di bawah kepemimpinan Erick Thohir. Kementerian BUMN mendatangkan alat tes swab canggih dari Swiss yang membuat deteksi Virus Corona jadi lebih cepat dengan jumlah berkali lipat. Indonesia bisa lebih awal mencapai puncak wabah Virus Corona setelah pemerintah mendatangkan perangkat deteksi berbasis molekuler dari luar negeri, menurut Peneliti ITB.
Kementerian BUMN baru saja mengimpor 20 mesin polymerase chain reaction (PCR) yang diklaim mampu menguji 9.000 hingga 10.000 spesimen setiap hari.Dengan alat-alat baru ini, pemerintah menargetkan untuk melakukan 300.000 tes dalam sebulan.
Prediksi Puncak Virus Corona
Nuning Nuriani, ketua Pusat Permodelan Matematika dan Simulasi ITB, memprediksi bahwa dengan jumlah tes sebanyak itu, Covid-19 di Indonesia bisa mencapai puncak pada akhir April atau awal Mei.
Dengan satu syarat: 90% masyarakat melakukan isolasi mandiri.
“Jika [Pembatasan Sosial Berskala Besar] dimulai 12 April, terus hanya 10% orang yang bergerak,”
“Terus pada saat periode infeksi ini PCR dan isolasinya dijalankan dengan baik, itu sebenarnya yang sangat diharapkan.”
“Jadi puncak kasus aktifnya bisa turun lebih cepat, jumlah kematiannya juga lebih sedikit,” kata Nuning.
Namun target 300.000 tes per bulan mungkin tidak bisa segera tercapai, kata Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman bidang Penelitian Fundamental Herawati Sudoyo.
Ia menjelaskan perlu waktu untuk meningkatkan fasilitas laboratorium dan melatih SDM di tingkat provinsi.
Langkah Pemerintah
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, mengatakan pemerintah telah mendatangkan dua mesin MagnaPure 96 dengan kapasitas 1.000 tes per hari. Serts 18 LightCycler PCR detector dengan kapasitas 500 tes per hari. Mesin-mesin dari Swiss itu diklaim mampu menguji total 9.000 hingga 10.000 spesimen setiap hari dan pemerintah menargetkan 300.000 tes swab dalam sebulan.
“Dengan alat ini kita harapkan Indonesia semakin bisa mendata berapa banyak orang yang terkena virus corona,”
“Sehingga antisipasi kita untuk menghadapi virus corona akan semakin baik,” ujar Arya dalam konferensi pers yang digelar secara daring, Rabu (8/4/2020).
Pemerintah Indonesia selama ini dikritik karena kurangnya jumlah tes swab. Per Rabu (8/4/2020), Indonesia telah mengetes 14.571 spesimen, menurut data Kementerian Kesehatan. Namun angka tersebut dianggap kecil dibandingkan populasi Indonesia yang lebih dari 200 juta jiwa. Menurut Nuning Nuriani, dengan bertambahnya jumlah tes, semakin cepat kasus positif bisa ditemukan dan diisolasi.
“Artinya puncak kasus aktifnya itu bisa sangat tinggi tapi karena ditesnya lebih cepat, maka lebih dini dideteksi.”
Namun perempuan itu menekankan bahwa peningkatan jumlah tes perlu dibarengi periode isolasi. Sebelumnya, dengan kapasitas tes saat ini dan aturan pembatasan yang longgar. Yaitu hanya 30-60% masyarakat yang melakukan isolasi. Sementara sisanya bergerak bebas. Ia memprediksi puncak wabah tercapai pada awal Juli, dengan durasi wabah 10 bulan.
Dengan dilakukannya tes secara masif, beserta aturan pembatasan ketat sehingga hanya 10% orang yang keluar rumah, puncak penyebaran wabah bisa bergeser ke akhir April/Mei. Namun, tanpa pembatasan ketat, maka puncaknya hanya akan bergeser sedikit ke akhir Mei atau Juni 2020. Bagaimanapun, Nuning menekankan bahwa perhitungan model merupakan simulasi, bukan angka pasti yang 100% dijamin akan terjadi.
Sumber : islamidia.com
Komentar