Daftar Isi
LancangKuning.com-Kondisi cuaca akhir - akhir ini memang sangat tak terduga. Terkadang panas berkepanjangan hingga banyak yang mengalami kekeringan dimana - mana, bahkan banyak hutan terbakar. Terkadang pula curah hujan yang begitu tinggi sehingga menyebabkan banjir dan tanah longsor dibanyak tempat.
Seperti itulah kondisi cuaca saat ini. Disaat satu belahan bumi surplus air hingga menggenangi pemukiman, dibelahan bumi lain sedang terjadi kebakaran hebat akibat kemarau yang berkepanjangan. Padahal keduanya terjadi pada saat yang bersamaan. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi seperti itu. Faktor kerusakan lingkungan, pengaruh panas global dan banyak sebab lain menjadi biang kerok anomali cuaca.
Lalu apa yang bisa dilakukan oleh manusia untuk menghadapi hal demikian? Buat antisipasi, manusia sudah menciptakan teknologi yang mampu memprediksi cuaca. Di Indonesia sendiri, sudah ada badan khusus yang punya kemampuan serta kewenangan memberikan informasi terkait dengan cuaca yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG)- lah yang punya wewenang tersebut. Mulai dari prediksi cuaca, arah angin, suhu, kelembaban, potensi hujan dan lain sebagainya dapat kita ketahui melalui badan ini. Sehingga oleh karenanya kita sudah bisa melakukan antisipasi sesuai dengan prediksi yang di share oleh BMKG tersebut.
Apakah cukup sampai disitu? Tentu tidak. Seiring dengan perkembangan teknologi, cuaca ternyata juga bisa dimodifikasi. Misalnya saja terjadi pada saat kebakaran melanda sebagian besar hutan di Kalimantan dan Sumatera, pemerintah melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berupaya menekan titik api dengan melakukan modifikasi cuaca tersebut. Hal yang dilakukan oleh BPPT yakni dengan melakukan upaya penyemaian awan agar hujan bisa turun didaerah yang sedang terjadi kebakaran.
Jadi, sekarang hujan sudah bisa diciptakan oleh manusia? Tentu tak seperti itu. Untuk melakukan modifikasi cuaca agar terjadi hujan tak semudah yang kita bayangkan, apalagi jika diartikan sebagai "membuat hujan". Melakukan modifikasi cuaca ini secara sederhananya adalah upaya meningkatkan serta mempercepat jatuhnya air hujan. Jadi sekali lagi, bukan membuat atau menciptakan hujan. Cara kerja dari modifikasi cuaca ini yaitu dengan melakukan penyemaian awan memakai bahan yang bersifat menyerap air (higroskopik) sehingga menciptakan butir hujan dalam awan hingga akhirnya turun hujan.
Jadi, untuk dapat membuat turun hujan tetap diperlukan awan yang memang sudah terbentuk secara alami. Hanya saja jika secara proses alami hujan akan turun lebih lama, dengan modifikasi cuaca ini awan akan dibuat lebih cepat berubah menjadi butir hujan sehingga proses terjadinya hujan menjadi lebih cepat. Bahan yang sering digunakan untuk melakukan modifikasi cuaca ini sendiri berupa garam khusus yang nantinya akan digelontorkan ke awan aktif melalui cerobong yang ada pada sisi bawah pesawat. Setelah melalui proses penggelontoran garam, awan - awan tersebut akan menjadi butiran hujan.
Selain untuk menanggulangi kebakaran hutan, teknologi modifikasi cuaca ini juga bisa digunakan untuk mengantisipasi banjir. Yakni dengan melakukan penyemaian terhadap awan - awan yang akan menuju ke daerah rawan banjir. Contohnya beberapa waktu yang lalu, BPPT melakukan modifikasi cuaca didaerah Jabodetabek dengan melakukan penyemaian awan didaerah Selat Sunda. Tujuannya agar awan - awan tersebut berubah menjadi hujan saat masih berada diatas laut, sehingga potensi banjir di area pemukiman dapat dikurangi.
Tak hanya itu, teknologi ini ternyata juga sudah beberapa kali diterapkan di Indonesia, diantaranya saat acara Sea Games 2011 Sumatera Selatan untuk menekan hujan, acara PON Riau 2013 untuk mengurangi kabut asap kebakaran hutan, proyek pembangunan jalan tol Balikpapan - Samarinda pada 2018 dan masih banyak lagi. Inilah salah satu contoh teknologi yang bisa bermanfaat bagi kehidupan manusia. Meski, secanggih apapun teknologi yang diciptakan oleh manusia, tetap selalu ada campur tangan Tuhan didalamnya.
Komentar