Daftar Isi
Foto: Pangkalan militer China di Laut China Selatan. (TED ALJIBE / AFP)
Lancang Kuning -- Amerika Serikat dan China semakin gencar saling unjuk kekuatan militer di Laut China Selatan yang menjadi sengketa pada tahun ini, meski tengah berada dalam situasi pandemi virus corona.
Baca Juga:
Seperti dilansir Sputnik News, Senin (11/5), hingga Mei 2020, angkatan bersenjata AS dilaporkan sudah mengutus 39 kali penerbangan yang melintas sangat dekat dengan perbatasan China. Pesawat-pesawat AS itu terbang menuju kawasan Laut China Timur dan Selatan, mendekati Hong Kong, dan Selat Taiwan.
Baca juga:
Selat Taiwan memisahkan daratan China dengan pulau yang mempunyai pemerintahan mandiri tersebut. Namun, China mengklaim bahwa Taiwan adalah bagian dari negaranya.
Baca Juga:
Kapal perang AS juga sudah berlayar melintasi wilayah yang menjadi sengketa di Laut China Selatan sejak awal 2020. Mereka beralasan kegiatan itu dilakukan dalam rangka operasi kebebasan navigasi.
Sedangkan China saat ini sudah mengerahkan dua kapal induk dan sejumlah kapal perang untuk berpatroli di Laut China Selatan.
"Pasukan kami berlayar dan terbang di perairan internasional di Laut China Selatan dengan diskresi dan sesuai ketentuan maritim dan hukum internasional, serta memperlihatkan seluruh kemampuan angkatan laut di kawasan Indo-Pasifik," kata Komandan Armada Ekspedisi Tempur Ke-7 Angkatan Laut AS, Fred Karcher.
Menteri Pertahanan AS, Mark Esper, mengatakan operasi militer mereka di Laut China Selatan bertujuan untuk mempertahankan tingkat perkiraan strategis, sekaligus mengumpulkan prediksi tentang China.
China tentu tidak tinggal diam melihat gelagat AS. Angkatan Udara China beberapa kali mengutus pesawat untuk terbang melintasi kawasan yang menjadi sengketa dengan Taiwan.
Salah satu kapal induk Angkatan Laut China, Liaoning, bahkan sempat berlayar melewati selat Taiwan. Hal itu membuat Taiwan segera mengutus jet tempur untuk mengawasi gerak-gerik kapal induk China tersebut.
China mengklaim sebagai pemilik Laut China Selatan, dengan menetapkan sembilan garis imajiner di peta. Akibatnya adalah hal itu ditentang oleh Filipina, Indonesia, Malaysia dan Vietnam.
Guna mempertahankan klaim tersebut, China bahkan melakukan reklamasi untuk membangun pangkalan militer di Laut China Selatan.
AS berulang kali mengecam upaya China tersebut dengan mengutus kapal perang. China menganggap tindakan itu sebagai provokasi.
Meski tidak mempunyai kepentingan langsung di Laut China Selatan, sikap AS tersebut memperlihatkan mereka berusaha memperkuat pengaruh politik di kawasan Asia dan Asia Tenggara dari ekspansi China. (LK)
Komentar