Daftar Isi
Foto: Ilustrasi
Lancang Kuning, Jakarta - Data terbaru penanganan virus corona (Covid-19) di Indonesia hingga kemarin mencatat ada 790 orang terinfeksi. Sebanyak 58 di antaranya meninggal sementara yang sembuh baru 31 orang.
Secara persentase ada 7,34 persen pasien corona meninggal. Ini membuat persentase angka kematian akibat corona di Indonesia jadi paling tinggi di Asia Tenggara atau rata-rata angka kematian secara global. Indonesia hanya kalah dari Italia.
Baca Juga: Hantavirus Muncul di China, Lebih Berbahaya daripada Corona Covid-19?
Angka kematian di Indonesia lebih tinggi dibandingkan angka kematian secara global. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) per Rabu (25/2). Angka kematian berada di angka 18.440 dari total 414.179 kasus (4,45 persen) secara global.
Dalam catatan CNNIndonesia.com, angka kematian di Indonesia juga lebih tinggi dibandingkan angka kematian rata-rata di Asia Tenggara. Dari 2.344 kasus terkonfirmasi, angka kematian berada di 72 kasus, atau setara 3,07 persen.
Baca Juga: Afrika Selatan Lakukan Lockdown Corona Meski Tak Ada Korban Jiwa
Angka kematian tertinggi masih dicatat oleh Italia dengan angka 6.077 kematian dari 63.927 kasus corona atau sekitar 9,51 persen, dilansir CNN Indonesia.
Sebelumnya, Peneliti Bidang Mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Sugiyono Saputra mengatakan jumlah penderita bisa jadi lebih tinggi karena belum diketahui secara pasti orang yang terinfeksi virus corona.
Baca Juga: Makanan Khas Pekanbaru
Sugiyono mengatakan banyak kasus corona yang belum menimbulkan gejala atau tanpa gejala (presimtomatik dan asimtomatik) atau memiliki gejala ringan yang tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi.
"Angka tersebut adalah angka perkiraan, yang mengartikan bahwa sebetulnya pada kondisi yang sebenarnya, bisa jadi jumlah penderita yang sebenarnya lebih banyak dan bisa jadi pula kasus kematian yang disebabkan oleh Covid-19 saja jumlahnya lebih sedikit," kata Sugiyono saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (24/3).
Baca Juga: Tempat Wisata di Riau
Sugiyono menyarankan pemerintah melakukan pengujian masif yang menjangkau banyak orang, seperti yang dilakukan Korea Selatan, Jerman dan Amerika Serikat. Seperti diketahui, dalam lansiran yang disampaikan Kemenkes RI, total spesimen yang baru dites oleh Kemenkes hanya sebanyak 3.332 spesimen.
Seperti diketahui, dalam beberapa terakhir ini telah ada 125 ribu alat tes cepat (rapid test) yang telah didistribusikan ke 34 provinsi.
Juru Bicara Pemerintah Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto menyebut yang masuk prioritas untuk tes adalah orang yang sempat melakukan kontak dengan kasus positif, kemudian petugas kesehatan yang terlibat dalam penanganan Covid-19.
Jika alat tes cepat yang datang kembali sudah cukup banyak, ia menyebut tes akan dilakukan berbasis kewilayahan. (LK)
Komentar