Kebudayaan dan Adat Istiadat Suku Dayak

Daftar Isi

    LancangKuning.com - Dengan banyaknya suku yang tersedia di Indonesia, ada banyak variasi budaya dan adat istiadat negara ini. Dengan kekayaan budayanya, maka tidak heran Indonesia terkenal di mata dunia, dengan keanekaragamannya yang menyebabkan negara menjadi sangat menarik. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa ada juga banyak wisatawan yang berhenti untuk pergi ke Indonesia untuk melihat beberapa acara tradisional di negara ini.

    Salah satu budaya yang paling menarik dari wisatawan asing adalah kebiasaan suku Dayak yang tinggal di pedalaman Pulau Kalimantan. Suku Dayak sebenarnya memiliki banyak budaya yang unik dan sangat mirip dengan suku-suku lain di Indonesia. Budaya suku ini sangat tepat dengan dunia supranatural. Bahkan, hingga kini mereka masih mempertahankan hubungan mereka dengan dunia magis berikutnya dalam menjalankan adat mereka.

    Beberapa di antaranya sangat unik, yaitu upacara upacara Tariu, upacara Manajah Antang, dan upacara Tiwah. Tiga kebiasaan Suku Dayak lebih dekat terkait dengan dunia supranatural, dengan memanggil roh nenek moyang mereka untuk keanekaragaman bagi suku mereka. Maka, ketiga upacara itu menjadi kegiatan yang sangat sakral. Berikut ini adalah diskusi tentang tiga ritus Suku Dayak.

    1. Upacara Tariu

    Upacara ini dilakukan oleh seorang Komandan Suku Dayak untuk mencari tahu kapan memulai perang, dengan memanggil arwah para leluhur. Biasanya upacara Tariu ini dilakukan sebelum komandan mengirim "mangkuk merah" sebagai tanda perang. "Mangkuk merah" kemudian akan dikirim ke desa-desa jika komandan menjadi sukunya diancam atau dalam bahaya besar.

    Dalam ritual itu, roh nenek moyang akan memasuki tubuh komandan, dan akan memberinya kekuatan. Pasukan yang mendengar mantra membaca dalam upacara ini dianggap memiliki dan memiliki kemampuan yang sama. Dengan kemampuan itu, mereka akan bertarung dengan sengit, untuk menjadi lebih kuat.

    Sedangkan, jika orang yang jiwanya sulit dihitung untuk mendengarnya, maka ia akan segera jatuh sakit atau menjadi gila. Menurut cerita masyarakat Suku Dayak, selama ini "mangkuk merah" sendiri telah beredar beberapa kali. Untuk yang pertama, "mangkuk merah" muncul selama pendudukan Jepang, di mana suku Dayak pernah berperang dengan tentara negara Sakura. Kemudian, hitungan "mangkuk merah" pernah ditransmisikan ketika mereka akan bertarung dengan Cina untuk mengusirnya dari daerah Dayak pada tahun 1967.

    2. Upacara Manang Antang

    Dalam menghadapi perang, sebagian besar suku Dayak dihitung untuk mengadakan upacara Manajah Antang. Melalui upacara ini, mereka akan mencari saran tentang keberadaan musuh mereka yang begitu sulit ditemukan. Dalam upacara ini, mereka menghitung roh leluhur mereka melalui burung Antang, yang nantinya akan mengungkapkan di mana musuh-musuh mereka. Selain itu, upacara Manajah Antang dihitung untuk digunakan untuk menemukan rekomendasi lainnya.

    3. Upacara Tiwah

    Adat Suku Dayak ini adalah salah satu upacara untuk membawa tulang belulang kepada orang mati. Dalam upacara Tiwah ini, banyak ritual, tarian, dan suara akan dilakukan dari alat musik tradisional Suku Dayak. Dalam ritual itu, mereka akan memberikan tujuan untuk membawa tulang-tulang orang yang sudah meninggal ke arwah leluhur mereka, untuk diamankan.

    Dengan cara itu, upacara Tiwah sama sakralnya dengan kedua upacara yang dibahas sebelumnya. Setelah mereka meminta roh nenek moyang, maka tulang-tulang yang mati kemudian diambil dan ditempatkan di tempat mereka, tempat tinggal kecil yang khusus diciptakan untuk orang mati, atau Sandung. Selama upacara ini, alat musik tradisional akan secara konsisten dimainkan dengan hati.(Firman)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Kebudayaan dan Adat Istiadat Suku Dayak
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar