Batu Mentas Jadi Habitat 'Monyet Hantu' yang Dilindungi

Daftar Isi

    Lancang Kuning - Objek wisata alam Batu Mentas di Kepulauan Bangka Belitung bakal dikembangkan menjadi tempat penangkaran Tarsius Bangka (Tarsius bancanus) sekaligus tempat tumbuh flora flora khas Negeri Laskar Pelangi.

    Batu Mentas merupakan kawasan hutan lindung hujan tropis yang terletak di kaki Gunung Tajam, yaitu di Dusun Kelekak Datuk, Kecamatan Badau, sekitar 30 Kilometer dari Kota Tanjung Pandan, atau sekitar 20 menit perjalanan kendaraan bermotor.

    Tak hanya Tarsius Bangka, di Batu Mentas juga hidup kawanan satwa khas Babel seperti Pelanduk, Burung Siaw, serta Tupai Kelaras. Sedangkan tanaman asli yang tumbuh di sini ialah Pohon Pelawan, Pohon Simpor Laki, Pohon Sisilan, dan Pohon Nibong Palay.

    Gubernur Kepulauan Babel, Erzaldi Rosman Djohan saat berkunjung ke Batu Mentas Belitung, Minggu (6/9), berharap objek wisata ini dapat menjadi habitat alami sehingga dapat mencegah kepunahan flora dan fauna endemik di wilayahnya.

    Dengan dikembangkannya Batu Mentas sebagai kawasan konservasi, Erzaldi juga berharap perekonomian masyarakat setempat ikut meningkat, terutama warga lokal yang membuat kerajinan anyaman rotan.

    Satu yang dipesankan Erzaldi ialah agar pengunjung menjaga kelestarian lingkungan di Batu Mentas, khususnya dengan tidak membuang sampah sembarangan.

    "Membuang sampah plastik kerap tidak disadari menjadi kebiasaan buruk yang merugikan sekali bagi alam. Mari membiasakan diri untuk membuang pada tempat yang telah disediakan. Oleh karena itu, pemda harus berkolaborasi dengan bank sampah, agar sampah plastik dari tempat ini masih dapat termanfaatkan," katanya.

    Oleh warga lokal, Tarsius Bangka disebut dengan Pelile'an atau Mentilin.

    Tak hanya turis, para peneliti juga sebelumnya telah sering datang ke Batu Mentas untuk melakukan observasi kawanan primata mini yang masuk dalam daftar terancam punah oleh IUCN ini.

    Tarsius Bangka memiliki panjang tubuh sekitar 12-15 cm dengan berat tubuh sekitar 128 gram bagi jantan, dan 117 gram bagi betina.

    Bulunya berwarna coklat kemerahan hingga abu-abu kecoklatan.

    Sama seperti kawanan Tarsius yang berhabitat di Sulawesi, Tarsius Bangka juga hewan nokturnal, alias aktif di malam hari, sehingga kerap disebut "monyet hantu".

    Selain wisata pengamatan flora dan fauna, turis yang datang ke Batu Mentas juga biasanya berwisata di air terjunnya.

    Di sini, turis bisa mengambang dengan ban atau tubing menyusuri aliran sungainya.

    Bagi yang hendak menginap, pengelola Batu Mentas juga menyediakan tempat penginapan serupa rumah pohon.

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Batu Mentas Jadi Habitat 'Monyet Hantu' yang Dilindungi
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar