Daftar Isi
Lancangkuning.com- Ada apa dengan mahasiswa, ada apa dengan Walikota terinspiratif Se-Indonesia dari kota Pekanbaru, Bapak Firdaus yang melaporkan gerakan mahasiswa ke Kapolresta setempat. Firdaus menuding bahwa gerakan mahasiswa yang mengantarkan satu truk sampah di depan gerbang rumah dinasnya pada jum'at (17/6/2016) bermuatan politis. ini tahun politik, mahasiswa digerakan oleh aktor intelektual politik untuk menurunkan popularitas saya sebagai walikota pekanbaru ujarnya.
Setelah kejadian tersebut, Firdaus memerintahkan kepala satpol PP Pekanbaru, Zulfahmi Andrian dan Kabag Hukum Pekanbaru, Syamsuir untuk melaporkan mahasiswa ke pihak berwajib. Mendapatkan kabar tersebut, mahasiswa menanggapinya bahwa Walikota Pekanbaru sedang frustasi menghadapi sampah, beliau hendak mengalihkan persoalan sampah yang tidak mampu ditanganinya dengan menggesar ke isu lain. Tidak masalah kata mahasiswa, genderang perang sudah ditabuh. Kita ikuti tarian Walikota, siapa tariannya yang lebih lincah merekalah pemenangnya.
Mahasiswapun menggaet Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) serta beberapa ormas (organisasi kemasyarakatan), LSM (Lembaga Sosial Masyarakat) dan seluruh masyarakat Pekanbaru untuk mengajukan class action terkait kegagalan Firdaus dalam memimpin kota Pekanbaru.
Sampah, kemacetan, banjir dan pemukiman kumuh adalah persoalan klasik yang mesti dituntaskan di kota-kota besar Indonesia, karna persoalan ini adalah persoalan kasatmata. Empat item ini juga menjadi penentu keberhasilan kepala daerah, terlepas dari substansial bidang lainnya.
Sampah yang kini berserakan di Pekanbaru, menumpuk dimana-mana, kota menjadi tidak bersih, tidak sehat dan tidak nyaman membuat masyarakat resah dan bertanya-tanya bagaimana visi Firdaus dalam menuntaskan persoalan sampah. Padahal sebelumnya, Herman Abdullah yang menjabat sebagai Walikota Pekanbaru dua periode, berturut-turut mendapatkan penghargaan Adipura sebagai kota terbersih di Indonesia.
Melihat kenyataan itu, Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman memerintahkan agar satpol PP Provinsi dan Dinas Bina Marga Provinsi membantu menuntaskan sampah karna pemerintah kota Pekanbaru dinilai lambat dalam menyelesaikan persoalan klasik tersebut.
Untuk produksi sampah di Pekanbaru berkisar 500 ton perhari, jumlah ini lebih sedikit bila dibandingkan dengan produksi sampah di kota-kota besar seperti kota Jakarta yang memproduksi sampah dikisaran 7.500 ton perhari, Bandung 1.500 ton perhari, Surabaya dan medan dikisaran 2.000 ton perhari.
Bukankah jumlah sampah di Pekanbaru lebih sedikit, bukankah tahun lalu Firdaus mengatakan akan mengelola sampah menjadi energi pembangkit listrik. Perusahaan Daerah (PD) pembangunan kota Pekanbaru akan bekerjasama dengan PT Pengembangan Investasi Riau (PIR) dan G20 Environ Mental Solution Group dalam mewujudkannya. Ini semua untuk masyarakat dan ini bakal menjadi yang pertama di Indonesia ujar Firdaus.
Dalam realitanya apa yang terjadi, sampah tidak teratasi, mewujudkan sampah sebagai energi pembangkit listrik pun hanya menjadi bualan belaka. Pupus harapan masyarakat, sampah berserakan dimana-mana. di depan kantor, gedung, ruko, persimpangan, sepanjang jalan. dimana-mana ada sampah. Berserakan, menggunung. Pekanbaru Kota Bersampah bukan Kota Bertuah apalagi Kota Madani Metropolitan.
Sebelum mahasiswa mengirimkan sampah di depan gerbang kediaman rumah dinas Walikota, Aliansi Buruh Kebersihan Pekanbaru sudah mengantarkan dua truk sampah ke kantor Walikota pada kamis (9/6/2016). Mereka resah bukan karna sampah saja yang berserakan, gaji tidak dibayar tetapi juga karna mereka merasa Firdaus gagal memimpin kota Pekanbaru.
Untuk bekerjasama dengan PT MIG (Multi Inti Guna), masyarakat dan Pemerintah Kota (Pemkot) saja dirugikan. Gaji petugas kebersihan tidak dibayarkan, sampah berserakan, Pemkot tidak berani menuntun PT MIG karna dalam perjanjian Pemkot Pekanbaru sudah di posisi yang kalah.
Ada apa dengan Walikota Pekanbaru, Firdaus. yang menerima penghargaan sebagai Walikota terinspiratif Se-Indonesia dari Sindo Weekly Group MNC media sehingga dikatakan sejajar dengan Walikota Bandung, Ridwan Kamil dan Walikota Surabaya, Risma.
Ada apa dengan Walikota Pekanbaru, ada apa dengan penghargaan Walikota terinspiratif dan ada apa dengan mahasiswa yang rela mendekam dijeruji besi demi menyampaikan aspirasinya. Kita tunggu saja. Mahasiswa VS Walikota Terinspiratif, siapa yang lebih lincah tariannya merekalah pemenangnya.
Penulis : M. Yunus - Men-Sospol BEM UIN
Komentar