Sorgum, Makanan Pengganti Nasi yang Terlupakan

Daftar Isi


    Foto: Sorgum, salah satu bahan makanan pokok di Nusantara pengganti nasi.

    LancangKuning.Com, Jakarta -- Bagi orang Indonesia, bersantap tanpa nasi rasanya kurang mantap. Bahan pangan pokok satu ini seolah-olah tak tergantikan oleh apapun. Padahal, Nusantara memberikan banyak pilihan makanan pokok, termasuksorgum.

    Sorgum, berasal dari bahasa Latin. Masyarakat di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya menyebutnya dengan sebutan 'cantel'. Bentuk pohonnya menyerupai jagung dengan biji berbentuk bulat kecil. Afrika dipercaya sebagai asal tanaman ini.

    Baca Juga: Tips Memasak Nasi supaya Tidak Cepat Basi

    "Sorgum menempati pangan urutan kelima dunia setelah gandum, beras, jagung, dan barley," ujar peneliti senior SEAMEO Biotrop Bogor, Profesor Supriyanto dalam temu media di Kaum Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (28/2).

    Dibanding nasi alias beras, sorgum diklaim jauh lebih unggul dalam hal nilai gizi. Data Departemen Kesehatan mencatat bahwa sorgum memiliki kandungan protein, kalsium, zat besi, fosfor, dan vitamin B1 yang lebih tinggi dibanding beras. Sorgum juga diklaim baik dikonsumsi penyandang diabetes lantaran kandungan gulanya yang rendah.

    Bagi mereka yang tengah melakoni diet, sorgum juga bisa jadi kawan bersantap yang ideal. Perut terasa kenyang lebih lama karena kandungan seratnya yang tinggi.

    Di samping pangan, sorgum juga menyimpan aneka manfaat lain seperti sebagai pakan ternak, energi, serat, pupuk, obat-obatan, dan sesuatu yang menyenangkan.

    Sebagai pakan ternak, batang dan daun sorgum bisa menjadi santapan sehat bagi sapi, kerbau, kambing, dan domba. Dari penelitian yang dilakukannya, Supriyanto menyimpulkan bahwa kandungan protein di batang sorgum bisa meningkatkan bobot sapi pedaging hingga 0,9-1,6 kilogram per hari atau meningkatkan produksi susu sebanyak 10-15 persen. Sedangkan biji-biji sorgum bisa dimanfaatkan sebagai pakan ayam dan burung puyuh.

    Sebagai energi, batang dari beberapa jenis sorgum dapat diolah menjadi etanol. Batang ini diketahui menghasilkan nira yang kemudian diolah menjadi gula atau sirup. Nira kemudian difermentasi dan mengalami proses distilasi sehingga menjadi etanol 95 persen.

    Baca Juga: Di Pekanbaru ada Nasi Gratis, Yuk Intips Lokasinya

    "Ini sudah diuji coba pada sepeda motor, tapi dengan perbandingan (etanol : premium = 20 persen : 80 persen)," imbuh Supriyanto, dilansir dari CNN.

    Sementara sebagai serat, sorgum bisa difungsikan sebagai bahan baku industri kertas dan papan partikel meja atau dinding. Sebagai pupuk, semua bagian sorgum diketahui bisa digunakan sebagai bahan pupuk organik.

    Selain itu, kandungan komponen bioaktif seperti polifenol, flavonoid, sterol, dan tanin yang dimiliki sorgum baik untuk membantu pemulihan pasien kanker kolon.

    Makin tergerus dalam ingatan orang

    Tak perlu pusing memilih lokasi penanaman sorgum. Tanaman ini bisa tumbuh di daerah kering dan minim unsur hara. Bahkan, kata Supriyanto, sorgum bisa bertahan di tanah dengan kandungan garam tinggi termasuk di pinggir pantai.

    Akan tetapi, di balik aneka manfaat dan daya tahannya terhadap kondisi tanah, sorgum di Indonesia justru tak begitu populer. Pamor sorgum harus kalah dari makanan pokok lain seperti beras, jagung, dan singkong. Mungkin hanya di wilayah Nusa Tenggara Timur, sorgum begitu dikenal dan banyak dimanfaatkan.

    Menilik dari pengalaman meneliti sorgum selama kurang lebih delapan tahun, Supriyanto menilai ada dua alasan tanaman satu ini belum mendapat tempat di meja makan penduduk Indonesia. Dua hal ini adalah keterbatasan teknologi dan pasar.

    "Ternyata pengetahuan pemanfaatan sorgum atau cantel di Indonesia itu sangat terbatas," ujar Supriyanto.

    Berkaca dari negara-negara lain yang pernah dikunjunginya, Supriyanto melihat teknologi pengolahan sorgum yang canggih. Gambaran itu jelas berbeda jauh dengan apa yang ada di Indonesia. Jikapun sorgum berhasil diolah, paling hanya sebatas olahan pangan yang itu-itu saja.

    Jauh sebelum sekarang, sorgum pernah mencapai popularitasnya pada sekitar 1966 silam. Kala itu, pemerintah menggalakkan penanaman sorgum karena tanaman ini cocok untuk melalui musim kemarau panjang. Setelah itu, sorgum seolah sudah hilang begitu saja.

    "Kedua pasar. Sebenarnya kita impor misal dari Amerika sampai 250ribu ton sorgum. Lha kenapa kita enggak kembangkan sendiri dan beli sendiri. Ini juga persoalan. Sehingga kita coba, ayo kita buat makanan berbasis sorgum," jelasnya.

    Menurut dia, sorgum perlu diperkenalkan ke dalam beragam bentuk produk turunan seperti kue, nasi goreng, bubur, sorgum flakes, dan sereal.

    Demi menumbuhkan kesadaran dan kecintaan akan pangan lokal, Kaum Jakarta akan menyediakan berbagai olahan berbasis sorgum. Selama Maret 2019, restoran akan menyajikan aneka makanan seperti nasi goreng, terancam (lalapan dengan sayuran segar plus bumbu parutan kelapa), bahkan roti gulung dari tepung sorgum.

    Menu yang patut dicicip adalah nasi goreng sorgum. Di sini, pengunjung bisa merasakan langsung tekstur bulat padat dan berisi yang begitu istimewa dari sorgum. Porsinya mini, tapi cukup mengenyangkan.

    Anda juga bisa mencoba bolu gulung sorgum yang tak menggunakan tepung terigu sedikitpun. Penggunaan tepung sorgum membuat tekstur bolu begitu lembut.

    Jangan lupa juga minuman segar es sorgum yang harus Anda coba. Warna merah yang dihasilkan alami berasal dari karakter sorgum. Rasanya manis dan mengingatkan orang akan es kacang hijau.

    Menu-menu sorgum merupakan kerja sama restoran dengan Sorghum Foods dan Cahaya Naturals yang digandeng khusus untuk memperkenalkan edible essential oil. Pada 21 Maret 2019, akan ada gelaran Forest Day Dinner yang menghadirkan sajian istimewa kue dan cake dengan 'suntikan' edible essential oil. (LKC)

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Sorgum, Makanan Pengganti Nasi yang Terlupakan
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar