Daftar Isi
LancangKuning -Seorang duta besar Korea Utara, Jo Song-gil yang sempat dikabarkan hilang selama dua tahun terakhir di Italia, kini diketahui telah membelot ke Korea Selatan.
Selama hampir dua tahun keberadaannya tidak diketahui, pekan ini anggota parlemen Korea Selatan Ha Tae-keung mengkonfirmasi laporan bahwa Jo telah membelot ke Korea Selatan pada tahun 2019.
"Ada banyak permintaan informasi, jadi ini dia. Dapat dikonfirmasi bahwa mantan duta besar Jo Song Gil memasuki Korea Selatan pada Juli tahun lalu dan berada di bawah perlindungan pemerintah," tulis Ha di halaman Facebooknya dilansir dari CNN, Kamis (8/10).
Baca Juga : Militer AS dan SpaceX Bakal Kirim Kargo Kilat Pakai Roket
Jo menghilang pada November 2018, tak lama sebelum masa jabatannya sebagai diplomat tertinggi Korea Utara di Italia akan berakhir.
Dalam keterangan resminya, Kementerian Luar Negeri mengatakan telah menerima pemberitahuan dari Kedutaan Besar Korea Utara bahwa Jo dan istrinya telah meninggalkan kedutaan Korea Utara di sana pada 10 November 2018.
Berselang empat hari kemudian, keterangan yang sama mengatakan jika putri Jo kembali ke Korea Utara ditemani oleh staf wanita dari kedutaan Korea Utara setelah meminta untuk dipertemukan dengan kakek neneknya.
Seorang juru bicara ketua Komite Intelijen Majelis Nasional Korea Selatan, Jeon Hae-cheol mengatakan pemerintah Korea Selatan tidak mempublikasikan aksi pembelotan Jo selama lebih dari satu tahun. Hal itu dilakukan demi menjaga keselamatan keluarganya.
Baca Juga : Gelombang II, Inggris Catat Lonjakan 3.000 Kasus Baru Corona
Jeon menyatakan bahwa Jo secara sukarela menyatakan datang ke Korea Selatan.
Thae, mantan diplomat yang berbasis di Inggris, mengkritik pers karena mengungkap berita tentang Jo tanpa persetujuannya. Ia bersama istri dan dua putranya juga merupakan seorang pembelot Korea Utara dan mendesak wartawan di Korea Selatan untuk tidak fokus pada Jo karena mempertimbangkan keselamatan putrinya di Pyongyang.
"Bagi diplomat yang memiliki anggota keluarga yang tinggal di Korea Utara, mengungkapkan berita (pembelotan) mereka adalah hal yang sensitif," katanya dalam sebuah pernyataan.
"Itulah sebabnya mantan diplomat Korea Utara lainnya tinggal di Korea Selatan tanpa mengungkapkan identitas mereka dan pemerintah Korea Selatan juga tidak mengungkapkannya," lanjutnya.
Baca Juga : Empat Ruko di Belakang Bioskop Grand Theater Senen Terbakar
Thae yang kini menjadi anggota parlemen di Korea Selatan pernah mengungkapkan Korea Utara secara rutin menghukum seluruh keluarga atas kejahatan seseorang, terutama mereka yang dinyatakan bersalah atas aktivitas anti-rezim.
"Anak-anak itu dimanfaatkan oleh Kim Jong Un sebagai semacam sandera," kata Thae kepada CNN pada 2017, tak lama setelah aksi pembelotannya.
Selain Thae, beberapa orang yang telah meninggalkan Korea Utara juga mengatakan kerabat mereka sering dikirim ke kamp penjara atau digunakan oleh rezim sebagai alat propaganda.
Kendati tidak ada statistik resmi terkait jumlah warga Korea Utara yang membelot, Korea Selatan mengatakan sejak 1998 telah menerima lebih dari 32 ribu pembelot.
(ndn/evn)
Komentar