Daftar Isi
Foto: Ilustrasi ekonomi
Lancang Kuning, JAKARTA -- Sejumlah negara sudah jatuh dalam jeratan resesi ekonomi akibat pandemi covid-19. Indonesia sendiri diperkirakan mengalami nasib yang sama pada kuartal III 2020.
Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani sendiri telah memastikan jika Indonesia akan masuk dalam jurang resesi ekonomi. Ia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini dari minus 0,2 persen hingga 1,1 persen menjadi lebih dalam yakni minus 0,6 persen hingga 1,7 persen.
"Ini artinya, negatif kemungkinan terjadi pada kuartal ketiga dan berlangsung pada kuartal keempat yang kita masih upayakan (pertumbuhannya) mendekati nol," ujar Ani, sapaan akrabnya, dalam paparan APBN Kita, Selasa (22/9).
Suatu negara disebut mengalami resesi ekonomi jika pertumbuhan ekonominya tercatat negatif dalam dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal II 2020 lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus 5,32 persen.
Sebetulnya, apa yang terjadi pada sebuah negara ketika dinyatakan mengalami resesi ekonomi?
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan resesi ekonomi memiliki efek domino pada perekonomian sebuah negara. Pertama, aktivitas ekonomi tidak akan semasif seperti kondisi non-resesi. Jika aktivitas ekonomi berkurang, maka umumnya permintaan terhadap barang dan jasa juga akan ikut melambat.
"Akhirnya banyak pabrik yang harus mengurangi proses produksinya," ucapnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (22/9).
Kedua, perusahaan akan berupaya melakukan efisiensi operasional salah satunya dengan pemutusan hubungan kerja (PHK). Pasalnya, meski produksi berkurang, beban operasional perusahaan seperti listrik atau gaji pegawai tetap berjalan.
"Makanya kita lihat banyak PHK yang terjadi di masa pandemi seperti sekarang, dengan adanya resesi tren ini berpotensi berlanjut," tuturnya.
Ketiga, gelombang PHK akibat rentetan peristiwa itu menambah jumlah pengangguran. Ia memprediksi jumlah pengangguran mencapai 15 juta orang akibat pandemi.
Keempat, ketika pendapatan masyarakat berkurang, akhirnya aktivitas konsumsi juga ikut terkikis. berkurang. Ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang masih tercatat kontraksi 10,1 persen pada Agustus.
Kelima, saat sumber pendapatan telah berkurang atau habis terdapat tambahan jumlah penduduk miskin semakin besar. Yusuf menuturkan dalam skenario terburuk jumlah penduduk miskin akan berada di kisaran 30 juta hingga 35 juta penduduk.
"Apalagi jumlah penduduk rentan dan hampir miskin di Indonesia ini sangat besar, guncangan ekonomi seperti resesi akan membawa mereka turun kelas menjadi penduduk miskin," ucapnya, dikutip dari CNN Indonesia
Senada, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara juga mengatakan ketika berada dalam resesi ekonomi, jumlah penduduk miskin akan bertambah. Terlebih, dampak resesi ekonomi kali ini dialami oleh semua sektor dari perusahaan besar hingga UMKM.
"Secara simultan kelas menengah rentan miskin yang sebanyak 115 juta orang akan jatuh di bawah garis kemiskinan. Estimasinya angka kemiskinan meningkat jadi 12 persen-16 persen," ucapnya.
Di samping itu, daya beli masyarakat juga menurun di tengah resesi ekonomi. Sebetulnya, tanda-tanda tersebut sudah tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) untuk berbelanja maupun kredit konsumsi. Bank sentral mencatat posisi IKK berada di 86,9 per Agustus 2020, atau berada di level confidence 100.
Selain itu, terjadi perlambatan pertumbuhan kredit konsumsi menjadi 1,5 persen pada Juli 2020, turun dari sebelumnya 7,3 persen pada Juli 2019.
"Situasi ke depan baik IKK maupun kredit konsumsi yang menjadi indikasi pergerakan belanja masyarakat makin rendah setelah Indonesia diumumkan masuk resesi," tuturnya. (LK)
Komentar