Manipulasi

Daftar Isi

    LancangKuning.com - Oleh : Najwa Asyilah

                 Setiap aku nonton sinetron yang ada adegan cewek profesinya seorang wartawan terus menyamar jadi siswa atau guru sepertinya itu sangat menyenangkan karena ending cerita itu akan selalu bahagia sang siswa atau guru yang menyamar itu akhirnya dapat pasangan.

                Sebagai seorang wartawan dia mempunyai kewajiban untuk meliput berita bagaimanapun caranya. Terkadang aku ingin sekali untuk jadi wartawan dan aku berharap suatu hari kelak aku akan  jadi seorang wartawan terkenal tapi aku tidak ingin bernasip seperti sinetron. Entah kenapa keinginan itu yang selalu ada disetiap aku bernafas (lebay).

                Tapi keinginanku untuk menjadi wartawan itu bertolak belakang dengan diriku, entah karena aku yang tidak mau peduli dengan orang sekitarku atau akunya memang yang ketinggalan setiap informasi. Disini aku bukan bercerita sebagai wartawan dan bukan juga keinginanku jadi wartawan, tapi aku hanya bercerita betapa bodohnya aku yang selalu dapat info kelas terakhir (nggak cocok bangetkan jadi wartawan?).

                Saat itu aku sedang berkumpul dengan teman sekelasku yaitu Sari dan Rina, awalnya aku tidak menggerti mereka menceritakan apa karena rasa penasaran akupun mencoba bertanya ( ini yang pertama kalinya aku ingin tahu masalah orang lain).

    “ Sar kalian lagi ngomonggin apaan?” Tanyaku dengan gaya begok.

    “ Nggak ini Cuma bahas tentang Rina.”

    “ Mang kamu kenapa Rin.” Aku bertanya dengan gaya sok cuek (padahal ingin tahu banget).

    “ Qey, kamu kemana aja satu semester ini?” tangkas Rina sambil ngeledek.

    “ Nggak kemana-mana.” Jawabku lugu tanpa dosa ( ya iyalah, mang dosa apaan?).

    “ Gini Qey, Rina itukan sekarang pacaran ama Danil ternyata banyak cerita lucu sebelum mereka jadian.” Sambung Sari dengan semangat yang menggebu (kayak semangat 45 hehehe…^_^ peace).

    “ Mang apaan cerita lucunya.”

    “ Kamu aja yang certain Rin, kan kamu pemeran utamanya.”

    “ Kayak sinetron ja, jadi gini Qey. Sebenarnya Riko tu kan suka sama aku…”

    “ Apa? Riko? Serius kamu?”

    “ Selesain dulu kenapa?”

    “ Iya-iya truss?”

    “ Jadi waktu kita KBM dia nembak aku, tapi aku tolak.”

    “ Wow menarik nih buat cerpen aku, nggak apa-apa kan? , tapi aku kok baru tau ya?, Sar kamu dah tau dari dulu ya?”

    “ Lumayan sih, Rina pernah cerita sebelumnya.”

    “ Trus kenapa kalian cerita lagi hari ini?”

    “ Makanya dengerin dulu cerita aku.” Sambung Rina kesal.

    “ Iya-iya, lanjut.”

    “  Karena dia aku tolak jadi dia nembak Nia.”

    “Ah? Gila tu cowok, serius nih? Asli aku memang cewek telat informasi ya. Tapi bukannya Nia sama Viko?”

    “Siapa bilang dia tu sekarang lagi PDKT dengan Roni. Mau dilanjutin nggak ni?” Sambung Rina dengan tegas, seperti lagi memimpin sebuah barisan.(barisan apa ya? Dari tadi nggak ada barisan kan?).

    “ Lanjut dong.”

    “ Ternyata Nia juga nolak, karena Nia tau kalau Riko pernah nembak aku.”

    “ Terus hubungan Nia dengan Viko gimana?”

    “ Mereka memang pernah saling suka, cuma karena Nia nya nggak sabaran dan di hasut oleh teman-teman kostnya Nia nekat nembak Viko duluan.”

    “ Apa?” (ekspresi terkejut ya?) “ gila juga Nia, nggak nyangka banget. Lanjut-lanjut.”

    “ Viko kan dekat tu sama aku, jadi dia cerita dia nolak Nia, dia nggak suka ama cewek agresif gitu.”

    “ Agresif gimana?”

    “ Ya agresif lah Qey.” Sambung Sari tiba-tiba yang dari tadi focus dengan tugas. “ masak dia cewek yang nembak duluan, malu-maluin kan?”

    “ Iya jug sih, trus gimana nasib si Nia.”

    “ Ya ampun, orang sibuk ngomonggin Nia ma Roni, kamu kemana aja sih Qey.” Sambung sari lagi.

    “ Di laut, ya dikelaslah. Ya mungkin karena akunya anak baik kali ya, nggak biasa nggerumpi gitu.”

    “ Maksud kamu?” Tanya Rina dan Sari kompak sambil melototin aku.

    “ Iye, biasa aja kali. Lanjut Rin.”

    “ Lanjut-lanjut, mang kamu mau kemana?”

    “ Hehehehehe….hehehehe…lucu-lucu, eh ketawa napa sis Sar, Rina dah capek ngelawak tu.”

    “ Ih, bikin kesal aja, ya udah deh. Nia sekarang lagi PDKT sama Roni mungkin dah jadian kali.”

    “ What? Are you sure?”

    “ Yes , I am very, very, very, and very sure. Puas?”

    “ Biasa aja kali Rin, nggak gitu-gitu juga kali.”

    “ Habis kamunya tulalit sih dari awal kan aku dah aku bilang.”

    “ Iya-iya.”

    “ Oya dah sore, aku pulang duluan deh kayanya Qey.”

    “ Iya udah, aku juga Qey.” Sambung Rina.

    “ Owh ya udah, waktu kita habis hanya buat ngerunpi.”

    “ Iya wartawan nggak jadi, mangg nggak pantas kamu jadi wartawan Qey, berita kelas aja nggak tahu apa lagi dunia.”

    “ Iya ngeledek terus. Ya udah hati-hati ya.”

    ***

                Aku melangkahkan kakiku dengan santai memasuki kelas untuk mengikuti pelajaran pagi ini, awalnya aku mengira kalau aku terlambat ternyata tidak. Sementara kami menunggu dosen tema-teman cewekku sibuk dibelakang kelas dan menyebut nama Nia dan Roni(kayak mak-mak aja yang hoby nggerumpi). Tapi aku malas iku-ikutan, masi banyak kerjaan yang harus aku lakukan terutama untuk menyelesaikan cerita ini. Tapi kalau tidak mendenggarkan mereka cerita ini tidak akan selesai. Ternyata aku puny ide buat lanjutin cerita ini, pas istirahat aku akan tanya langsung sama Rina yang kebetulan lagi ikut serta dalam upacara ghibah (ribet amat, nggerumpi aja pake upacara segala nggak lucu ya?).

                Ini dia, akhirnya aku bisa melanjutkan ceritaku yang tertunda tadi, karena sudah jam istirahat dan kebetulan juga Rina ingin kekantin akupun mengajak dia bareng. Tenggah asiknya kami menunggu pesanan untuk makan siang sementara cacingku sudah bernyanyi yang bikin malu(bayangin aja, satu kantin mendenggar, malu banget kan? Ntar dikira nggak makan sebulan lagi) akupun mulai beraksi.

    “ Ran, tadi kalian nggapain di belakang.”

    “ Itu, anak-anak lagi heboh dengan jadiannya Nia dan Roni.”

    “ Busyet, serius? Mereka dah jadian? Mimpi apa si Nia.”

    “ Mana aku tau, sebenarnya aku juga heran kali. Ntah Nianya yang bodoh atau Roninya aja lagi dapat rejeki nomplok.”

    “ Kasian aku ngeliat Nia, mungkin sakit hati sama Viko makanya main hajar aja.”

    “ Oya, aku juga ada berita nih. Aku sempat dengar kalau si Roni suka sama Rani dan dicomblangi sama Rara. Tapi belum sempat Roninya dah kabur.”

    “ Itu cerita dah basi banget. Justru karena itu aku bilang Nia tu kasihan banget. Mana Roni pernah ngasih Shanty, nggak tau maksudnya apa. Tapi Shantynya kabur.”

    “ Jujur aku kurang setuju benarnya ma hubungan Nia sama Roni, andai Nia bersabar sedikit aja, pasti nggak bakalan begini.”

    “ Udahlah, biarin aja. Seberapa lama hubungan mereka bisa bertahan. Jadi Cuma ini yang kalian bahas tadi ini mah masi gatung cerpen aku.”

    “ Ye, itu mah DL, derita Lo. Oya kalau kamu bikin ni cerita jangan lupa namanya disamarkan. Ok.”

    “ Sip dah, itu pasti. Ups makanannya dah datang, yok kita makan aku dah lapar buanget.”

    ***

                Oya pembaca kali ini aku bukan menceritakan Nia dan Roni tapi pertengkaran yang hebat dikelas kami. Sebenarnya ini semua berawal dari aku, aku kira hanya aku yang ketinggalan info.

    “ Ran, kamu datang nggak workshop?” aku mencoba untuk sms Rani karena aku takut kalau acara workshop Cuma aku aja dan tidak ada yang aku kenal. Biasanya aku selalu bertanya pada Sari, tapi akhir-akhir ini Sari sibuk bahkan tidak mau lagi peduli denga aku. Dia terlalu peduli dengan Nurul yang selalu dikucilkan dikelas, entah kenapa aku tidak suka itu.

    “ Workshop apa Qey, kok aku nggak dapat info ya?” balasan sms dari rina aku terima.

    “ Loh, km ngk dpat SMS dri Nurul? Ktanx dia dah sms smw tman. Aq ja bnrnx ngk dp sih, cma Putri ksi tau kmrn. Bhkn dftrnx ja aq tlt.”

                Semenjak aku sms Rani tentang workshop, kehebohanpun muncul dikelas. Aku tidak tahu kalu akhirnya akan menimbulkan pertengkaran. Dan semenjak itu pula sikap Rani padaku mulai berubah, memang ini semua salahku. Awalnya Rani hanya menyidir satu orang saja yaitu Nurul, tapi banyak teman-teman yang merasa atas sindiran Rani. Sementara aku tidak bisa berbuat apa-apa, Nurul sadar kalau sindiran itu buat dia, diapun kesal dan menggeluarkan semua kata-lata pedas dan kesombongannya. Akhirnya teman-temanku sepakat untuk membuat mereka damai, sayang semua itu gagal. Tapi paling tidak kehebohan sudah tidak ada lagi.

                Aku juga sempat mendengar kabar burung(tapi lupa nama burungnya) kalau Nia dan Roni pernah putus tapi hanya beberapa hari dan akhirnya merea nyambung lagi(seperti lagu BBB yang putus nyambung,putus nyambung …33X capek ya? Ya udah tidur aja dulu nantik aja lajutkan membacanya. Karena aku tidak mau kalau sampai ada orang yang mati gara-gara baca cerpen ini karena saking penasarannya. Loh, kok masih lanjut? Bukannya dah tidur? Ya udah kalu gitu lanjutin aja membacanya.), sepertinya tebakan-ku mengenai hubungan mereka yang tidak akan bertahan lama salah. Tapi itu semua hanya waktu yang menentukan, dan aku tidak bisa menunggu perkembangan hubungan mereka karena aku tidak mau jadi hantu deadline untuk mengirimkan cerpen ini. Dan akhirnya aku putuskan sampai disini, tapi jangan kuwatir yang berakhir hanya cerita teman-temanku. Kalian pasti juga penasarankan dengan cerita tentang keinginanku menjadi seorang wartawan, karena diawal paragraf sudah aku bilang akan keinginanku. Jadi cerita ini akan tetap berlanjut, bahkan lebih seru dan akan membuat kalian ketawa di akhir cerita. Penasaran kan? Lanjutin aja membaca cerita ini sampai habis, tapi jangan kesal ya.

    ***

                Sekarang aku ingin mengalihkan cerita, kali ini aku tidak membahas teman-temanku lagi. karena aku rasa cerita tentang teman-temanku dan ketinggalanku dalam setiap informasi sudah cukup, akupun sudah lelah menceritakan mereka rasanya aku itu sudah lumaya bosan.

                Sore itu aku lagi duduk-duduk sendirian di sebuah taman tepat disamping katornya sebuah penerbit bisa disebut koran. Entah kenapa aku ingin sekali masuk ke dalam. Akupun memasuki kantor itu, saat aku masuk aku merasa sangat nyaman. Bahkan saat itu juga kalau ada lowongan untuk bekerja aku akan bersedia. Ternyata niatku di dengar, bos yang mempunyai perusahaan memintaku untuk jadi wartawan. Akhirnya aku jadi wartawan juga. Aku hanya ditugaskan untuk meliput tentang kampusku, dan menurutku itu sangat mudah dan tidak mengganggu kuliahku.

                Untuk pertama kalinya aku jadi wartawan aku sudah mendapatkan banyak informasi dan aku merasa sangat bahagia akupun bekerja keras untuk menjadi sesosok wartawan yang professional dan dihandalkan.

    “ Qey, bangun. Woi bangun.” Terdengar suara yang sangat samar olehku, padahal aku lagi sibuk membahas berita yang aku dapat dengan reka-rekan kerjaku.

    “ iya, baiklah bagaimana dengan berita yang aku dapat hari ini. Cukup menarik bukan.”

    “ Qey, kamu ngigau ya,” bentak Dosenku “ makanya kalau dikelas jangan molor, kayak kerbau.”

                Semua teman-teman dikelas menertawakan aku. Sumpah hari itu aku merasa malu banget.

    “ kamu ada-ada aja Qey, mendapatkan info kelas aja kamu nomor akhir gimana jadi wartawan. Siang-siang masi aja mimpi.” Bisik Sari membuat aku terdiam bisu karena malu.

                Hancur sudah hatiku, ternyata ceritaku cukup sampai disini karena akhirnya aku bukanlah seorang wartawan tapi seorang penulis. Ternyata impian jadi wartawan itu memang hanya di dalam mimpi indahku. Dan kalian tau tidak kenapa aku tertidur dikelas?. Ini semua gara-gara semalaman aku menyelesaikan cerpen manipulasi ini. Jadi jangan dibaca deh cerita ini. Ini semua hanya manipulasi bila ada kesamaan nama tokoh atau karakter ini semua tidak disengaja, tidak ada satupun yang nyata dari ceritaku yang panajang lebar dari tadi. Ok.Thanks.

    End.

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Manipulasi
    Sangat Suka

    0%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar