Daftar Isi
LancangKuning -Pemerintah Serbia dilaporkan akan membuka kedutaan besar untuk Israel di Yerusalem, pasca kesepakatan normalisasi dengan Kosovo yang ditengahi oleh Amerika Serikat.
Seperti dilansir Associated Press, Senin (7/9), kesepakatan itu dicapai dalam dua hari pertemuan antara Presiden AS, Donald Trump, dengan Presiden Serbia Aleksander Vucic dan Perdana Menteri Kosovo Avdullah Hoti, di Washington D.C., pada akhir pekan lalu.
Ketiga pemimpin sepakat mengakhiri pertikaian dan bekerja sama dalam sejumlah sektor perekonomian, seperti menggaet penanam modal hingga membuka lapangan pekerjaan baru.
Selain itu, kesepakatan tersebut juga dinilai menjadi keunggulan Trump di bidang politik diplomasi untuk memperkuat posisi Israel di dunia, menjelang pemilihan presiden pada 3 November mendatang.
Baca Juga : Korut Bersiap Luncurkan Rudal Balistik dari Kapal Selam
"Dengan senang hati saya menyampaikan kesepakatan bersejarah. Serbia dan Kosovo masing-masing berkomitmen melakukan normalisasi ekonomi," kata Trump dalam jumpa pers di Ruang Oval, Gedung Putih, Washington D.C.
"Setelah masa yang penuh kekerasan dan tragis serta kegagalan perundingan berkali-kali, pemerintahan saya mengusulkan jalan baru untuk menjembatani kedua negara. Yaitu dengan memfokuskan pembukaan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi, kedua negara akan mampu mencapai terobosan," kata Trump.
Trump menyatakan Serbia saat ini sudah mempunyai kantor dagang di Yerusalem pada September, dan akan memindahkan kedutaan besar ke Yerusalem pada Juli 2021.
Baca Juga : Polisi Portland Tangkap 50 Orang Usai Bentrokan Demonstrasi
Keputusan Serbia memindahkan kedutaan besar ke Yerusalem dinilai bentuk persetujuan sikap terhadap pemerintahan Trump.
AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada akhir 2017, dan menggeser kedutaan besar mereka ke sana pada Mei 2018.
Sikap itu memicu kemarahan dari Palestina dan sejumlah negara Eropa. Sebab, sampai saat ini konflik antara Israel dan Palestina belum terpecahkan.
Sampai saat ini ada empat negara, termasuk AS dan Guatemala, yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Palestina mengklaim Yerusalem Timur yang direbut dan diduduki Israel sejak Perang Enam Hari pada 1967 sebagai ibu kota mereka jika kelak merdeka.
Kesepakatan antara Kosovo dan Serbia dinilai sebagai upaya Trump untuk mendorong penguatan posisi Israel dalam hal diplomasi. Mereka juga yang menengahi kesepakatan normalisasi hubungan antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel beberapa waktu lalu.
Baca Juga : Korban Meninggal Masjid Meledak di Bangladesh Bertambah
Sejumlah negara anggota Liga Arab seperti Bahrain, Oman dan Sudan disebut-sebut menjajaki kemungkinan pembukaan hubungan diplomatik dengan Israel.
Kosovo menyatakan merdeka dari Serbia pada 2008, sembilan tahun setelah Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menggelar serangan udara terhadap Serbia selama 78 hari supaya berhenti memburu etnis Albania di Kosovo. Sebagian besar negara blok Barat mengakui kemerdekaan Kosovo.
Akan tetapi, Serbia dan dua sekutunya, Rusia serta China, sampai saat ini tidak mengakui kemerdekaan Kosovo. Hal itu membuat hubungan kedua pemerintah memburuk setelah perang berkecamuk di kawasan Balkan sepanjang 1990-an setelah Uni Soviet runtuh.
"Ini adalah pembicaraan sulit bagi kami, tetapi saya puas," kata Vucic.
Secara terpisah, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berterima kasih kepada Serbia karena akan memindahkan kedutaan besar ke Yerusalem. Dia mengklaim Kosovo sebagai negara mayoritas Muslim juga akan membuka kedutaan di kota itu.
"Kosovo akan menjadi negara mayoritas Muslim pertama yang akan membuka kedutaan di Yerusalem. Seperti yang saya sampaikan dalam beberapa hari lalu, upaya perdamaian dan pengakuan terhadap Israel semakin terbuka dan kemungkinan negara-negara yang bersikap seperti itu juga bertambah," kata Netanyahu.
Komentar