Daftar Isi
Lancang Kuning - Sebuah studi menunjukkan bahwa ada lebih banyak sampah plastik tepat berada di bawah permukaan Samudra Atlantik pada masa kini, dibanding total seluruh plastik yang beredar di sana sejak 1950.
Temuan berdasarkan analisis sampel dari tiga jenis materi sampah plastik paling umum yang dikombinasikan dengan pemodelan komputer tersebut menyorot skala polusi yang tak terdeteksi di lautan kedua terbesar dunia itu.
Lautan di Bumi diperkirakan berisi 150 juta ton sampah plastik, yang seringkali berbentuk partikel mikroplastik.
Pecahan-pecahan kecil tersebut telah terdeteksi di seluruh lautan yang ada di Bumi. Bahkan, di dasar palung terdalam di planet ini.
Meski ada di mana pun, plastik di lautan sulit diukur secara akurat. Untuk itu, para peneliti di Pusat Oseanografi Nasional Inggris menganalisis plastik yang dikumpulkan dalam sampel dari 12 lokasi di antara 10 ribu kilometer luasan Samudra Atlantik.
Mereka kemudian menilai kelimpahan tiga plastik laut yang paling umum: polietilen, polipropilen, dan polistiren pada kedalaman antara 10 hingga 100 meter di bawah permukaan laut.
Berdasarkan tren produksi plastik sejak 1950, para peneliti memperkirakan bahwa Atlantik sekarang mengandung 17-47 juta ton sampah plastik.
Angka itu lebih tinggi dari seluruh perkiraan sampah plastik yang beredar di lautan itu sejak lebih dari setengah abad yang lalu.
"Mengakses laut lepas terpencil umumnya menantang dan membutuhkan program penelitian yang didanai dengan baik," kata penulis utama, Katsiaryna Pabortsava kepada AFP.
"Demikian pula, ada tantangan logistik dan teknologi dalam memantau plastik secara terus menerus di lautan terbuka,"
Penelitian tersebut menemukan bahwa 200 meter teratas di bawah permukaan laut, yang sebenarnya juga rumah bagi mayoritas satwa laut, mengandung hingga 20 juta ton mikroplastik.
Pabortsava mengatakan penelitiannya yang dipublikasikan di Nature Communication tersebut menyoroti kebutuhan untuk menilai tingkat plastik di lautan yang lebih baik dengan "urgensi yang cukup besar".
Diperkirakan, sekitar 8 juta ton plastik masuk ke laut setiap tahunnya dan menyebabkan kerusakan yang masih belum diketahui secara pasti pada rantai makanan laut.
Makanan laut itu pula yang menjadi andalan ratusan juta orang sebagai hidangan dan pendapatan.
Pabortsava mengatakan bahkan bila plastik bisa didaur ulang, strategi pengelolaan limbah gagal membendung aliran sampah ke laut.
"Sumber-sumber plastik sangat banyak dan lebih dari sekadar membuang sampah sembarangan. Contohnya, banyak plastik yang bisa berasal dari aktivitas rumah tangga (misalnya mencuci pakaian sintetis) atau erosi ban mobil, dan cat permukaan." katanya.
Komentar