Daftar Isi
LancangKuning -Presiden MAli Ibrahim Boubacar Keita mengumumkan mengundurkan diri pada Rabu pagi (19/8), sehari setelah pemberontak melancarkan kudeta.
Dalam pidatonya di televisi pemerintah, pria 75 tahun itu juga mengatakan bahwa pemerintah dan parlemen Mali akan dibubarkan.
Dia mengaku mengundurkan diri untuk menghindari pertumpahan darah.
Baca Juga : KAMI dan Barisan Para Mantan di Gerbong Pengkritik Jokowi
"Pada momen yang tepat ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada rakyat Mali atas dukungan mereka selama tahun-tahun yang panjang ini serta kehangatan kasih sayangnya, dan saya menyampaikan keputusan untuk melepaskan jabatan," kata Keita seperti dikutip dari AFP.
Pengumuman itu muncul setelah tentara pemberontak menahan Keita dan Perdana Menteri Boubou Cisse, Selasa (18/8).
Sebelumnya salah satu pemimpin pemberontak di Mali mengaku telah menangkap Presiden Ibrahim Boubacar Keita dan Perdana Menteri Boubou Cisse. Pasangan pemimpin negara Mali itu "ditahan" di kediaman Keita di ibu kota Bamako.
Baca Juga : Gempa 6.9 Magnitudo Guncang Bengkulu
Pejabat militer lainnya, yang juga enggan menyebutkan identitas, mengatakan presiden dan perdana menteri berada di kendaraan lapis baja dalam perjalanan ke Kati.
Mali telah melawan pemberontak sejak 2012. Bahkan pada kala itu, negara di Afrika tersebut kehilangan wilayah di bagian utara yang dikuasai oleh pemberontak yang merupakan para jihadis.
Sebagian para pemberontak itu kemudian berhasil diusir dalam operasi militer yang dipimpin Prancis dan disokong intervensi dari negara lainnya.
Meski sempat ada kesepakatan damai pada 2015, kekerasan di negara tersebut terus berlanjut. Bahkan, kekerasan menyebar ke selatan dan ke negara-negara tetangga.
Komentar