Daftar Isi
Foto: Ilustrasi.
Lancang Kuning - Perilaku seksual menyimpang 'bungkus kain jarik' diduga dilakukan seorang pria bernama Gilang menarik perhatian banyak pihak. Para korban mulai bersuara lewat media sosial dan menceritakan penyimpanan seksual pelaku.
Seorang korban menyatakan bahwa Gilang melakukan aksinya dengan dalih riset tugas akhir. Melihat fenomena ini, orang tua patut waspada jika anak mereka pun jadi korban. Sebab diberitakan rata-rata korban masih bersekolah atau masih awal masuk kuliah.
Baca Juga: Kesalahan Umum Mengolah Sate Daging Kurban
Psikolog Mira Amir mengingatkan orang tua untuk tidak mencecar anak dengan beragam nasihat juga ceramah ketika membicarakan hal ini. Dirinya menekankan komunikasi pada anak sebaiknya kerap dilakukan untuk menggali informasi apa saja yang dilakukan anak sepanjang hari.
"Seringkali saya ngomong sama orang tua agar komunikasi jangan hanya satu arah. Mereka bilang, 'Iya saya komunikasi', gimana komunikasinya? 'Kamu itu gini, gitu', itu bukan parenting communication yang diharapkan," kata Mira saat dihubungi melalui telepon, Jumat (31/7), dilansir dari CNN.
Mira menyarankan sebaiknya orang tua mengajak anak berdialog dan usahakan menggunakan diksi-diksi yang tidak terkesan memberikan jarak misalnya mengurangi penggunaan kata 'kamu' dan mengupayakan menggunakan kata 'kita'.
Posisikan anak sebagai orang yang sejajar, tahu yang sedang ramai diperbincangkan.
Baca Juga: Inter Siapkan Rp4.5 Triliun Rayu Messi Pindah dari Barcelona
"Kayak ngobrol, dialog, 'Mama baca ada ini, kalian nyimak enggak?' Coba tanyakan ke anak apa yang mereka tahu, jadi orang tua membiasakan anak ngomong. Dengarkan anak, 'Terus gimana?', 'Kok bisa gitu ya?'," ujar Mira memberikan contoh.
Di sisi lain, perilaku kejahatan predator seksual mulai merebak di media sosial. Para pelaku mencari korbannya via berkenalan di media sosial. Orang tua mau tidak mau mesti mengawasi penggunaan gadget anak-anak mereka. Hal ini sebaiknya dilakukan sejak dini.
Anak usia sekolah dasar, misalnya, terapkan aturan penggunaan gadget pada hari-hari tertentu semisal akhir pekan. Sebaiknya hindari penggunaan bahasa yang mencerminkan 'larangan', dilarang', 'tidak boleh'.
Mira memberikan contoh anak boleh pakai gadget tapi hanya Sabtu-Minggu. Di sini orang tua harus tegas bukan cepat luluh saat anak merengek.
"Ketika kita memberikan batasan waktu, orang tua wajib memberikan alternatif kegiatan ke anak. Acting as parent, ajak anak main, bikin ini itu, jadi anak enggak kepikiran megang gadget," imbuhnya.
Bersikap Kritis
Selain pada orang tua, Mira Amir juga mengingatkan agar anak muda bersikap kritis pada semua orang, termasuk orang asing. Hal ini terutama, menurut Mira, dalam merespons ajakan orang terkadang ada premis atau anggapan kalau niat baik pasti selanjutnya akan baik.
"Mungkin adik-adik ini niatnya bantu ya, bantu skripsi. Tapi kita harus kritis, prosesnya betul enggak. (Misalkan) Ada tugas sekolah, 'tolong dong Like, subscribe channel Youtube', ya diklik dulu. Layak enggak saya bagikan (share)," kata Mira.
Dia berkata sebaiknya berpikir dahulu sebelum merespons. Dalam kasus penelitian yang dijadikan modus, menurut Mira, sebaiknya ditanyakan lagi lebih detail tentang penelitiannya.
Di sisi lain, Mira juga mengingatkan korban tipe penyendiri, atau sukar bertukar pikiran, rentan terjebak pada predator seks.
Saat ada sesuatu yang dirasa janggal, ia menyarankan agar mendiskusikan terlebih dahulu sebelum ambil keputusan mau membantu atau tidak.
"Ini adalah kejahatan seksual, adik-adik ini saya rasa sudah tahu tentang tubuh, privasi tubuh, tubuh tidak untuk dijadikan objek apalagi dijadikan konsumsi."
"Mungkin mereka pernah mendapat tapi tidak ada yang mengingatkan atau tidak terinternalisasi. Kasus ini mengingatkan kita bahwa pendidikan seksual musti ditambah," ujarnya. (LK)
Komentar