Daftar Isi
Foto: Ilustrasi vaksin. (Pixabay)
Lancang Kuning, JAKARTA – Indonesia melalui Bio Farma akan melakukan uji klinis pada vaksin COVID-19 dan bekerja sama dengan perusahaan Sinovac, China. Vaksin corona ini telah sukses melewati uji klinis tahap 1 dan 2 untuk kemudian akan melalui serangkaian tahap 3 di Indonesia.
Rencananya, uji klinis tahap 3 akan dimulai pada Agustus 2020 mendatang di FK Unpad, Bandung. Uji klinis tahap 3 ini akan dilakukan pada lebih dari 1.600 relawan dan melalui berbagai proses yang cukup lama, yakni 6 bulan.
Pakar menyebut, vaksin dapat dinyatakan sukses dengan dilihat dari ketahanan antibodi yang dibentuknya. Antibodi yang dibentuk tubuh wajib bertahan lama terhadap serangan virus corona.
"Kalau sukses dan antibodi bertahan lama, bisa dapat ijin edar BPOM. Kalau antibodi tidak terbentuk, artinya gagal dan tidak bisa dijadikan vaksin," terang Pakar Farmakologi & Clinical Research Supporting Unit dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Nafrialdi, PhD, SpPD, dalam wawancara bersama tvOne, dikutip Selasa 28 Juli 2020, dilansir dari Viva.co.id
Nafrialdi tak menepis bahwa kemungkinan gagal dalam setiap tahap uji coba vaksin ataupun obat akan selalu ada. Hal ini bisa menjadi kemungkinan terburuk dari hasil uji klinis dan mengharuskan peneliti mengkaji ulang untuk mengembangkan vaksinnya.
"Bisa saja di tiap tahap kemungkinan gagal selalu ada. Sudah diuji bisa saja tidak protektif atau antibodi cepat turun lagi," kata dia.
Menurutnya, harapan terhadap suatu vaksin atau obat baru adalah agar dapat menghasilkan proteksi yang efektif dan aman pada tubuh. Selain itu, antibodi juga harus terbentuk dalam waktu lama agar tak perlu menyuntikan vaksin secara berulang-ulang.
"Supaya vaksinnya tidak diulang buru-buru. Itu (vaksin yang disuntik ulang) meragukan. Itu yang jadi harapan untuk masyarakat," paparnya. (LK)
Komentar