Daftar Isi
Foto: Klinik Indonesia untuk Palestina di Gaza mulai melayani pasien berobat sejak awal Desember lalu. Ribuan orang berkunjug termasuk di antaranya para korban luka Great Return March.
LancangKuning.com, GAZA -- Rumah kecil yang ditinggali Emod Soboh dan tiga keluarga lainnya tidak mampu mengahalau suhu dingin musim dingin kali ini. Emod adalah salah satu warga Gaza korban luka saat berlangsung aksi Great Return March beberapa bulan lalu.
Baca Juga: ACT Menyapa Masyarakat Selading, Desa di Selatan Natuna
Peluru tentara Israel menembus punggung dan perut Emod hingga membuatnya lumpuh dan tidak bisa merasakan apa-apa. “Kami mendengar soal Klinik Indonesia yang memberikan pelayanan gratis kepada orang-orang yang mempunyai luka,” kata Edmon.
Baca Juga: Pelajar Bunuh Begal, Kejagung Sebut Jaksa Tak Bisa Buktikan Pasal Pembunuhan Berencana
Ia mengatakan, paramedis di Klinik Indonesia sangat memahami kebutuhan pasien. Edmon pun amat berterima kasih atas perawatan yang ia terima. Ahli bedah saraf Klinik Indonesia untuk Palestina dokter Ibraheem Ramadan mengatakan, luka yang diderita Edmon menyebabkan sejumlah kerusakan untuk pemasangan kolon. “Pasien membutuhkan pemeriksaan jangka panjang, paling tidak satu tahun perawatan dan fisioterapi,” kata dr. Ibraheem.Pada pekan pertama Januari 2020, sebanyak 401 orang berkunjung ke klinik Indonesia untuk Palestina. Pasien yang berobat paling banyak berada pada rentan usia 18-35 tahun.
Baca Juga: Tempat Wisata di Riau
Andi Noor Faradiba dari tim Global Humanity Response (GHR) – ACT melaporkan, sebagian besar pasien yang berobat adalah korban luka serangan. Saat ini ada tujuh orang yang bertugas di Klinik Indonesia, terdiri dari tiga petugas kesehatan, seorang apoteker, dan tiga petugas administrasi.
Baca Juga: Makanan Khas Pekanbaru
Klinik Indonesia telah menerima kerja sama seluruh gubernuran di Gaza, terutama untuk melayani korban luka serangan Israel. Adanya dokter spesialis menumbuhkan syukur warga Gaza Utara yang membutuhkan perawatan intensif.(LKC)
Komentar