Daftar Isi
Foto: Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur melarang umat Islam mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristen.
LancangKuning.com, Surabaya -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur (Jatim) meminta umat Muslim tidak mengucapkan selamat Natal kepada umat Kristiani yang merayakannya. Namun, imbauan tersebut tak berlaku untuk Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris MUI Jatim, Mochammad Yunus. Menurutnya pengucapan selamat Natal atau selamat hari besar agama lain, bisa merusak akidah Islam.
Baca Juga: Hasil Produksi Buah 'Emas', PT TPP Salurkan Beasiswa untuk 45 Pelajar
"Jadi mengenai ucapan Natal karena ini masuk wilayah akidah, ketika kita mengucapkan selamat kepada peringatan itu. Ini berpotensi merusak akidah kita," ujar Yunus, di Surabaya, kemarin.
Ia menambahkan ketika seorang Muslim mengucapkan selamat Natal maka orang tersebut membenarkan ajaran agama lain.
Baca Juga: Dokter Patahkan Mitos Tentang Vape
"Ucapan Natal itu kan perayaan lahirnya anak tuhan, karena itu masuk wilayah akidah. Ketika kita mengucapkan selamat kepada peringatan itu sama saja kita memberi selamat atas lahirnya putra tuhan," ujarnya.
Kendati demikian, imbauan itu kata dia, bisa saja tak berlaku bagi pemimpin negara, salah satunya Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Baca Juga: Tempat Wisata di Riau
"Ya beliau (Ma'ruf Amin) susah juga ya. Ulama juga pemimpin. Tapi ya beliau pasti punya pertimbangan sendiri," ujarnya.
Yunus yang juga Sekjen Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jatim ini pun menyarankan kepada pemerintah sebaiknya menunjuk pejabat yang seiman untuk mengucapkan selamat kepada mereka yang merayakan Natal.
Baca Juga: Makanan Khas Pekanbaru
"Kepemimpinan itu tidak tunggal, tidak perseorangan, ada sekretaris, ada strukturalnya. Kemenag misalnya, ada Binmas agama-agama lain. Kalau misal dia (pemerintah) hati-hati, dia akan memerintahkan Binmas agama lain yang merayakan Natal untuk mengucapkan selamat," katanya, dilansir CNN Indonesia.
Ia juga meminta masyarakat untuk memahami makna toleransi dengan benar. Menurutnya bentuk toleransi adalah saling menghormati perbedaan, bukan mencampuradukan ajaran agama.
"Toleransi itu sepakat dan setuju di dalam masing-masing agama, sehingga ketika orang tidak mengucapkan selamat hari Natal, menggunakan atribut perayaan mereka itu jangan disebut intoleran," katanya.
Komentar