Daftar Isi
Foto: Tim medis ACT
LancangKuning.com, JAKARTA - Dua dokter dan satu orang perawat diberangkatkan dari Kantor Pusat Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Menara 165, Jakarta Selatan, menuju Kota Jayapura, Provinsi Papua pada Sabtu (28/9) malam. Tenaga medis tersebut akan melayani masyarakat terdampak konflik sosial di Papua.
Ahyudin selaku Ketua Dewan Pembina ACT mengatakan, pemberangkatan Tim Medis ACT adalah bagian penanganan tanggap darurat untuk warga terdampak krisis kemanusiaan. Di fase tanggap darurat, risiko yang bersifat psikis seringkali luput dari perhatian. Hal ini mengingat mengatasi guncangan psikologis yang dialami jauh lebih rumit daripada mengatasi risiko bersifat materi.
Baca Juga: Makanan Khas Pekanbaru
“Mengatasi risiko-risiko bersifat psikis ini, jauh lebih berat, lebih kompleks, dan berdimensi jangka panjang. ACT sebagai sebuah lembaga kemanusiaan yang tentu, alhamdulillah dengan pengalaman panjang empat belas tahun berkiprah di dunia kemanusiaan, kami harus punya andil lebih dari sekadar andil yang biasa kami lakukan,” kata Ahyudin.
Dr. Rizal Alimin selaku Koordinator Tim Medis ACT mengatakan, bantuan medis akan menjangkau warga Wamena yang mengungsi di Kota Jayapura. Bantuan berupa pelayanan kesehatan dan pendampingan psikis kepada para pengungsi, terutama kepada anak-anak dan lansia.
Baca Juga: Tempat Wisata di Riau
“Kita berikan pendampingan kesehatan dan pendampingan psikis kepada mereka agar tetap kuat. Mudah-mudahan ini bisa segera teratasi. Saya berharap ini bisa cepat selesai karena kasihan para pengungsi terlalu lama mengalami kondisi itu,” kata dr. Rizal.
Melihat kondisi pengungsi yang begitu banyak, dr. Rizal mengatakan timnya berupaya memberikan layanan kesehatan hingga kondisi pengungsi membaik. Pemberangkatan tiga orang tim medis ini baru menjadi tahap awal dari aksi yang akan mereka lakukan.
Pada tahap awal ini, mereka juga akan melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan setempat guna melancarkan pemberian bantuan medis di sana, “Jadi nanti kita akan melihat dahulu kondisi di sana bagaimana, juga nantinya kita akan berkomunikasi bersama dengan dinas kesehatan di sana, untuk saling berkoordinasi,” ujar dr. Rizal.
Baca Juga: Warga Ambon Masih Bertahan di Pengungsian
Data sementara yang disadur dari kantor berita ANTARA per hari ini, sebanyak 5.500 orang mengungsi akibat konflik sosial yang terjadi di Wamena. Tim Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) – ACT sendiri telah melakukan asesmen di empat titik yang tersebar di Papua.
“Dari hasil asesmen kami, para pengungsi ini membutuhkan bantuan mendesak berupa kebutuhan perempuan, kebutuhan bayi, pakaian layak pakai, serta makanan tentunya,” kata Arif Novianto dari tim MRI Papua.
Selain itu, kata Arif, tim juga berencana membantu para pengungsi yang hendak keluar dari Papua. Mengingat kondisi di daerah tersebut sedang memanas. Data dari Kompas yang dipublikasikan pada Kamis (26/9) lalu, sebanyak 32 orang meninggal dunia dalam konflik berdarah tersebut. Ahyudin mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memahami konflik ini dengan lebih serius.
“Satu orang tumpah darahnya, itu di sisi Yang Maha Kuasa itu seolah-olah tumpah seluruh darah manusia. Apalagi yang tumpah ini puluhan darah manusia. Jadi ini sebuah urusan yang sangat besar. Jadi kita sebagai elemen bangsa, sebagai umat beragama juga, jangan pernah mengabaikan kehilangan satu jiwa,” pungkas Ahyudin. (LKC)
Komentar