Potensi Baru Pengelolaan Gambut Riau Dengan Konsep Ecotourism

Daftar Isi

    Oleh:  Deni Hariandi

    Apakah rawa gambut di Riau hanya berpotensi sebagai lahan pertanian dan perkebunan?

    Potensi rawa gambut Riau yang sangat luas mencapai 5,7 juta hektare atau lebih dari 60 persen dari total areal Provinsi Riau masih menjadi tantangan sekaligus ancaman sampai pada saat ini. Terlepas dari perdebatan mengenai dalih perizinan yang telah diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan dan masyarakat. Tantangan dan ancaman tersebut harus segera dihilangkan berupa pencegahan pengrusakan gambut dengan cara dibakar dan upaya restorasi gambut yang sekarang massif dilakukan.

    Dalam upaya pencegahan kebakaran lahan dan hutan (karlahut), serta upaya restorasi rawa gambut di Provinsi Riau sebagai upaya mengembalikan keseimbangan ekosistem rawa gambut sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Mengembalikan ekosistem rawa gambut merupakan keharusan. Hal ini berkenaan dengan dampak pengelolaan rawa gambut tidak hanya secara lokal dan regional. Rusaknya rawa gambut akan menjadi penyumbang pada munculnya bencana global berupa perubahan iklim, serta mengakibatkan banyak flora dan fauna terancam habitatnya akibat kebakaran yang terus terjadi.
    Selanjutnya, upaya retorasi rawa gambut harus mampu memberi kemanfaatan dalam peningkatan ekonomi masyarakat setempat. Artinya, upaya restorasi rawa gambut yang dilaksanakan tidak mengganggu aktivitas ekonomi masyarakat disisi yang lain.  Akan sangat relevan bila upaya pencegahan karlahut dan restorasi rawa gambut dilakukan dengan motivasi menciptakan potensi baru. Lebih jauh, upaya yang dilakukan tidak hanya menghadirkan kemanfaatan kepada masyarakat sekitar, tetapi dapat dinikmati oleh masyarakat secara luas dan berjangka panjang.

    Konsep ekowisata (ecotourism) sebagai upaya penyelamatan rawa gambut dalam hal ini menjadi suatu rekomendasi sekaligus terobosan baru  untuk dilakukan di Provinsi Riau. Ecotourism atau juga dikenal dengan ekowisata secara umum dapat diartikan sebagai kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Tak hanya untuk terus menjaga dan menikmati keindahan alam dan kearifan lokalnya, ecotourism sekaligus mampu meningkatkan ekonomi masyarakat setempat dengan konsep pemberdayaan. Pengelolaan gambut dengan konsep ekowisata di atas diharapkan tidak hanya akan mengurai permasalahan karlahut, melainkan sebagai strategi baru dalam aksi restorasi gambut.

    Lantas, bagaimana konsep tersebut mampu diimplementasikan?

    Pertama, komponen seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan/swasta dan masyarakat harus sadar, orientasi dan tujuan dari pada konsep ekowisata di atas mempunyai capaian dan kemanfaatan dalam jangka panjang. Selanjutnya, keseriusan dan ketegasan pemerintah perlu menjadi perhatian utama dalam setiap tahapan.

    Kedua, mempersiapkan segala instrumen kebijakan dan menciptakan kepastian hukum. Misalnya mengenai rencana tata ruang wilayah dan pengendalian izin lahan, kepastian rencana tata ruang wilayah ini menjadi kunci menentukan kawasan rawa gambut ke dalam beberapa zona. Artinya, tidak dibenarkan semua kawasan rawa gambut digunakan sebagai lahan pertanian/perkebunan dan pemukiman.
    Dalam menentukan zona-zona pada kawasan rawa gambut tersebut sekurang-kurangnya harus mempertimbangkan beberapa indikator seperti tingkat kerentanan/potensi kerusakan, ketebalan gambut dan dampak kerusakan yang terjadi pasca kebakaran. Pada akhirnya, pemerintah harus mampu menentukan prioritas beberapa kawasan rawa gambut sebagai zona ekowisata yang akan menjadi fokus pengembangan.

    Ketiga, memberdayakan masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengedepankan kualitas lingkungan. Membuka informasi dan pengetahuan yang seluas-luasnya akan pentingnya lingkungan khususnya pengelolaan rawa gambut. Pada tahap ini, masyarakat dan lingkungan diharapkan mampu hidup berdampingan sehingga tercipta kelestarian dan keseimbangan yang terus melahirkan kekayaan berupa kearifan lokal. Pada kawasan ekowisata rawa gambut di Riau nantinya akan menjadi lebih menarik dengan hadirnya flora dan fauna yang langka seperti gajah Sumatera, ikan, burung dan tumbuh-tumbuhan khas yang hidup di rawa gambut.

    Keempat, melakukan pengembangan dan pembinaan yang terpadu berbasis teknologi informasi. Hal ini lebih pada penggunaan untuk mengidentifikasi kekayaan flora dan fauna yang ada serta memperkenalkan kepada masyarakat secara luas. Dengan begitu, kesadaran untuk sama-sama menjaga kekayaan ekowisata kawasan rawa gambut dapat tersosialisasikan dengan baik.

    Kelima, melakukan upaya sosialisi promosi dan kampanye ekowisata rawa gambut Riau secara massif. Target wisatawan tidak hanya masyarakat lokal, melainkan juga wisatawan asing terutama negara-negara yang berbatasan langsung dengan Riau khususnya dan Indonesia umumnya. Untuk itu, ekowisata rawa gambut Riau dikenal selain menyuguhkan pusat rekreasi dengan konsep tourism hendaknya lengkap sebagai pusat kajian dan pengembangan gambut di dunia. 

    Implementasi konsep ekowisata di atas tetap mempunyai tantangan. Salah satu tantangannya yakni menimbulkan potensi konflik antara pemerintah dan masyarakat berupa penolakan. Belum lagi tantangan berupa penolakan dari pihak perusahaan karena berdalih pemberian izin yang telah dikeluarkan pemerintah.
    Untuk hal tersebut, kita patut mencontoh ketegasan yang pernah dilakukan pemerintah Jepang dalam mewujudkan ekowisata gambut. Pemerintah Jepang mampu mengambil alih kawasan rawa gambut dari masyarakat yang terbakar berkali-kali. Kemudian dengan upaya restorasi, Jepang berhasil menetapkan status kawasan rawa gambut tersebut sebagai ekowisata yang sekarang menjadi sorotan bangsa lain termasuk Indonesia. 

    Pada akhirnya, bila setiap tahapan di atas dilakukan secara konsisten dan terukur pengelolaan gambut Riau dengan konsep ekowisata menjadi diyakini mampu menjadi penyumbang pendapatan daerah sekaligus menjadi potensi wisata unggulan Riau.

    Bagikan Artikel

    data.label
    data.label
    data.label
    data.label
    Beri penilaian untuk artikel Potensi Baru Pengelolaan Gambut Riau Dengan Konsep Ecotourism
    Sangat Suka

    100%

    Suka

    0%

    Terinspirasi

    0%

    Tidak Peduli

    0%

    Marah

    0%

    Komentar